TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyampaikan posisi cadangan devisa hingga akhir Februari 2018 sebesar US$ 128,06 miliar atau lebih rendah dibandingkan posisi Januari 2018 sebesar US$ 131,98 miliar. "Penurunan cadangan devisa utamanya dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman, Rabu 7 Maret 2018.
Selain itu, Agusman menuturkan hal itu juga disebabkan oleh penurunan penempatan valuta asing (valas) perbankan di BI sejalan dengan kebutuhan pembayaran kewajiban valas masyarakat. Meskipun demikian, menurut dia posisi cadangan devisa saat ini terhitung cukup tinggi, di mana masih cukup untuk membiayai 6,1 bulan impor dan 7,9 bulan impor serta pembayaran utang luar negeri pemerintah, atau berada di atas standar kecukupan internasional yaitu 3 bulan impor.
Simak: Cadangan Devisa Akhir November 2017 Melebihi Target
"Kami menilai cadangan devisa saat ini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas sistem makro ekonomi dan sistem keuangan," katanya.
Agusman melanjutkan pihaknya memandang ke depan cadangan devisa akan tetap memadai untuk mendukung ketahanan eksternal, seiring dengan semakin menguatnya prospek perekonomian domestik serta kinerja positif ekspor. Selain itu, di bulan ini akan terdapat tambahan devisa dari hasil penerbitan sukuk global pemerintah sebesar US$ 3 miliar.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Doddy Zulverdi sebelumnya menuturkan pihaknya telah melakukan intervensi pasar untuk meredam gejolak rupiah. Namun, dia enggan menyebutkan volume intervensi dolar yang telah digelontorkan.
“Pada intinya kami melakukan intervensi sesuai dengan kondisi yang terjadi, tergantung seberapa besar tekanan aliran yang keluar, ketika terjadi pelemahan semakin kencang kami harus meresponnya dengan cepat, dan disesuaikan dengan cadangan devisa juga,” katanya.
Meskipun demikian, Doddy mengingatkan agar publik tak serta merta dalam menyimpulkan penurunan cadangan devisa dengan intervensi yang dilakukan. Sebab, terdapat banyak kemungkinan variabel yang dapat mengubah posisi cadangan devisa, seperti penerimaan ekspor migas hingga penerbitan obligasi negara.