TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan longsor yang kemarin sempat terjadi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat bukanlah hal yang mengagetkan. Sebab, daerah tersebut memang daerah yang berpotensi longsor.
Direktur Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung KLHK, Hilman Nugroho mengatakan, faktor pertama penyebab longsor bisa terlihat dari titik longsornya. "Peristiwa longsor yang terjadi Bogor kemarin berada di titik-titik daerah aliran sungai yang merupakan daerah rawan longsor," ujarnya dalam media briefing mengenai Kejadian Longsor di Puncak Bogor, Kantor KLHK, Rabu, 7 Februari 2018.
Baca: Longsor Puncak, Kementerian Perhubungan Tutup Jalur 10 Hari
Selain itu, kata Hilman, faktor penyebab longsor juga bisa berasal dari hilir. Ia menyebutkan faktor kedua penyebab longsor di Puncak Bogor adalah dari Ciliwung hulu, karena curah hujan tinggi hingga 150 milimeter per hari. "Banyaknya lahan pertanian dan dan kebun, hingga kemiringan sudut lereng itu sendiri," katanya.
Beberapa hari belakangan, curah hujan yang tinggi di wilayah Puncak, Bogor, Jawa Barat, menyebabkan peristiwa longsor dan juga banjir di Jakarta. Di Bogor, longsor terjadi di 4 titik. Sedangkan, curah hujan yang tinggi di Bogor sebabkan beberapa ketinggian air di beberapa sungai meningkat.
Selain itu, menurut Hilman, penyebab longsor di Bogor kemarin juga diakibatkan adanya faktor ketiga yakni kesalahan manusia. Misalnya, perencanaan tata ruang belum optimal, banyaknya aktivitas manusia di kawasan lindung (puncak Bogor), serta adanya pemotongan tebing untuk jalan.
Karena itu, Hilman mengatakan untuk jangka panjang bisa untuk mengantisipasi longsor harus dilakukan secara terpadu antar kementerian dan lembaga. Salah satunya, dilakukan lewat imbal jasa hijau, misalnya penanaman wilayah lindung dan hutan dengan tanaman penguat, bukan sebagai lahan pertanian maupun pemukiman. "Juga bisa dimulai dengan mengubah ruang pembangunan pemukiman harus dinaikkan (vertikal) bukan lagi horisontal ketika membuat rumah-rumah," ujar dia.