TEMPO.CO, Surabaya - Dirjen Cipta Karya Sri Hartoyo, mengatakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan 100 persen akses aman air minum bagi seluruh masyarakat Indonesia bisa tercapai pada 2019.
"Ke depan, kita juga dihadapkan pada target Sustainable Development Goals (SDG’s) yaitu pada Goal ke-6, yakni menjamin ketersediaan dan keberlanjutan pengelolaan untuk air minum dan sanitasi bagi semua orang," ujar Sri Hartoyo dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin, 5 Februari 2018.
Baca: Pelindo II Siapkan 2 T untuk Proyek Kanal Bekasi Cikarang Laut
Hartoyo mengungkapkan tingginya pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi, yang tidak diimbangi oleh daya dukung lingkungan akan berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas air baku. Saat ini, kata Hartoyo, kebutuhan dukungan air baku untuk air minum sampai dengan 2019 sebesar 128 m3 per detik dan diperkirakan baru akan terpenuhi sekitar 50 persen pada 2019.
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan bahwa terdapat berbagai tantangan terkait penyediaan air baku yang harus dihadapi. Diantaranya menurunnya kuantitas sumber air baku akibat perubahan iklim global dan penurunan kualitas lingkungan di daerah tangkapan air, ketersediaan sumber air baku yang tidak merata antar wilayah. Kemudian, adanya konflik kepentingan antar pengguna sumber air baku, serta penurunan kualitas air baku akibat pencemaran sumber air baku.
Untuk itu, menurut dia, diperlukan kebijakan terkait penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan. "Kebijakan tersebut berupa, meningkatkan konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku, meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai," ujar dia.
Selain itu, diperlukan upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan air baku melalui sistem regional, serta meningkatkan kualitas perencanaan dan ketepatan sasaran dukungan penyediaan air baku untuk air minum.
Kegiatan Sinkronisasi Program Penyediaan Air Baku untuk Air Minum ini diharapkan menjadi wadah yang efektif bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air untuk melakukan sinkronisasi perencanaan lingkup kegiatan, sinkronisasi pembiayaan, serta sinkronisasi jadwal pelaksanaan pembangunan, sehingga akan tercapai target utama kegiatan ini yaitu terbangunnya infrastruktur unit air baku yang tepat.
"Kami berharap dengan dukungan penyediaan air baku dari Ditjen SDA dalam pengembangan SPAM, mampu mendorong pemerintah daerah dan PDAM maupun penyelenggara SPAM lainnya di daerah sebagai lokomotif pelayanan air minum di Indonesia," ucapnya. Hartoyo yakin pelayanan air minum yang prima bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai di masa depan.