TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menanggapi teguran Presiden Joko Widodo atau Jokowi, yang sebelumnya mempersoalkan rendahnya nilai ekspor Indonesia sepanjang tahun lalu. Enggartiasto menyatakan ada sejumlah alasan yang membuat ekspor nasional tertinggal ketimbang negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Rendahnya nilai ekspor itu, menurut Enggartiasto, disebabkan tidak adanya perjanjian dagang baru yang Indonesia lakukan dengan negara lain dalam sembilan tahun terakhir. Baru pada akhir tahun lalu, pemerintah berhasil menandatangani Comprehensive Economic Partnership Agreement dengan Cile (IC CEPA).
Baca: Presiden Jokowi Sindir Ekspor Indonesia Kalah dengan Tetangga
"Untuk itu, segera kita akan tindak lanjuti dengan membuka pasar baru ke Afrika, Asia Selatan dan Tengah, yang potensi pasarnya besar sekali," ujar Enggartiasto di sela-sela rapat kerja Kementerian Perdagangan di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis, 1 Februari 2018.
Enggartiasto menyebutkan pihaknya akan mendorong negosiasi-negosiasi perdagangan untuk mewujudkan sejumlah perjanjian perdagangan bebas dengan sejumlah negara. "Kita akan lakukan FTA (free trade area) secara bertahap ataupun PTA (preferential trade agreement) terlebih dahulu," ucapnya. Bila Indonesia berhasil menandatangani perjanjian FTA pada tahun ini, hasilnya baru akan terasa pada 2019 karena butuh proses ratifikasi di parlemen.
Pernyataan Enggartiasto itu merespons teguran Presiden, kemarin. Jokowi mengaku tak puas dengan kinerja ekspor Indonesia selama ini dan meminta Menteri Perdagangan mengevaluasi upaya peningkatan nilai perdagangan tersebut.
Jokowi lalu membandingkan nilai ekspor Indonesia yang tertinggal dengan negara tetangga di ASEAN. Nilai ekspor Indonesia pada tahun lalu US$ 145 miliar, masih kalah dengan Thailand yang mencapai US$ 231 miliar, Malaysia US$ 184 miliar, dan Vietnam US$ 160 miliar. "Negara sebesar ini kalah dengan Thailand," tuturnya.
Pasalnya, menurut Jokowi, Indonesia dengan sumber daya alam dan manusia yang besar punya potensi sangat besar terkait dengan ekspor. "Resources dan SDM yang sangat besar, kita kalah. Ini ada yang keliru dan harus ada yang diubah," katanya.
Jokowi lalu menyebut institusi Kementerian Perdagangan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab akan kinerja ekspor tersebut. "Ini tanggung jawab saudara sekalian," ujarnya.
Pada awal pidatonya, Jokowi mengingatkan sudah berulang kali menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya didorong dua hal, yakni investasi dan ekspor. "Bagaimana kita bisa meningkatkan investasi dan meningkatkan ekspor. Hanya itu, enggak ada yang lain," ucapnya. "Oleh sebab itu, Kementerian Perdagangan sangat berperan sekali, terutama di satu hal, ekspor."
ANTARA