TEMPO.CO, Bojonegoro -Bandar Udara (bandara) Ngloram, Kecamatan Cepu, Blora, Jawa Tengah bakal diaktifkan kembali. Sebagai rencana awal, akan dilakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) oleh Pemerintah Kabupaten Blora awal Maret 2018 ini.
Untuk proyek ini, Pemerintah Kabupaten Blora menyediakan anggaran sebesar Rp 5 miliar. Anggaran sebesar itu, untuk perbaikan landasan (overlay), untuk perencanaan, juga Analisis dan Dampak Lingkungan (Amdal). Kemudian dilakukan pemagaran terutama pembatas lahan dengan tanah milik warga di perkampungan Ngloram dan sekitarnya.
”Dijadwalkan, Maret depan, ada peletakan batu pertama,” ujar Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Blora, Djati Walujastono, pada Tempo Kamis 1 Februari 2018.
Baca: Ini Cara Pemeriksaan Barang Bebas Bea Masuk di Bandara
Djati Walujastono menambahkan, proyek ini anggarannya satu kesatuan dengan pembangunan Bandara Trunojoyo, Sumenep, Madura, dimana Kepalanya yaitu Wahyu, juga merangkap sebagai Kepala Bandara Ngloram Blora.
Untuk proyeksi awal, lanjutnya, landas pacu sepanjang 900 meter di bandara Ngloram, Kecamatan Cepu, Blora, akan dibenahi. Landas pacu sepanjang itu bisa digunakan untuk pendaratan pesawat kecil. Seperti pesawat turbo prop cassa 212, twin otter dan lainnya. Dengan demikian, bisa untuk keperluan pesawat carter yang digunakan perusahaan migas di Blok Cepu dan lainnya, juga untuk pesawat medivac.
Setelah bandara aktif, maka secara bertahap proyek pembenahan dilakukan. Yaitu menambah lanjang landas pacu. Dari yang ada sekarang ini sepanjang 900 meter akan ditambah menjadi 1200 meter, selanjutnya menjadi 1800 dan terakhir panjang menjadi 2500 meter.
Untuk mendukung perpanjangan bandara Ngloram, Blora itu Pemerintah Blora, dan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Jawa Tengah, berupaya membebaskan lahan sekitar 60 hektare. Lokasi pembebasan lahan tak hanya di kawasan Ngloram, Kecamatan Cepu, tetapi bisa di Desa Klagen, Kecamatan Kedungtuban, Blora.
Sebagai catatan bandara Ngloram, Cepu Blora, dibangun sejak tahun 1980 dan berhenti beroperasi hingga tahun 1984. Ketika itu, digunakan untuk landasan pesawat kecil, jenis cassa, helicopter dan sebagainya, untuk kegiatan proyek Migas dan Pertamina Cepu.
Bandara yang berjarak sekitar 40 kilometer arah tenggara Kota Blora—dan berbatasan dengan Bojonegoro, Jawa Timur ini, asetnya milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (Pusdik Migas) Cepu. Di bawah Kementerian ESDM di Jakarta.
Setelah mangkrak selama 34 tahun lamanya (berhenti beroperasi tahun 1984 hingga kini ada rencana diaktifkan 2018), kondisinya memprihatinkan. Fasilitas seperti kantor untuk operasional sudah tidak ada.
Kemudian, landas pacu, juga sebagian telah rusak. Bahkan sehari-hari oleh warga digunakan untuk menjemur padi, dan tiap hari digunakan untuk latihan menyetir mobil. ”Lha, jalannya panjang, meski aspalnya sebagian rusak,” ujar Harjo, 56, tahun, warga Cepu.