TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Ade Palguna mengatakan Provinsi DKI Jakarta menghasilkan sampah mencapai 70 ribu ton setiap harinya. Sebanyak 60 persen dari keseluruhan sampah yang ada merupakan sampah domestik atau rumah tangga.
"Persoalan Indonesia yang besar itu adalah sampah domestik," ujar Ade, di Car Free Day, Sudirman, Jakarta Pusat, Ahad, 21 Januari 2018. Karena pemerintah tak mungkin mengelola semua sampah ini, masyarakat harus ikut ambil andil. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, perbaikan juga belum berjalan efektif sampai saat ini.
Baca: Luhut: Aturan Pembangkit Berbasis Sampah Segera Diteken Jokowi
Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pernah berinovasi dalam pengembangan teknologi pemanfaatan limbah plastik untuk material perkerasan infrastruktur jalan berupa aspal plastik. Hal tersebut, menurut Ade, adalah salah satu alternatif mengelola sampah menjadi sesuatu yang lebih baik.
Ade menyebutkan, sampah tidak bisa hanya dijadikan satu hal, misalnya untuk jalan saja. "Harus banyak alternatif yang lain," katanya.
Pemerintah, kata Ade, juga tengah mencari banyak preferensi untuk mengolah sampah. "Khususnya bagaimana ke depan pemerintah menggalakkan industri daur ulang sampah," tuturnya.
Peneliti dari Universitas Georgia, Dr Jenna Jambeck, yang penelitiannya dimuat dalam jurnal Science (sciencema.org) 12 Februari 2015, menemukan bahwa Indonesia membuang limbah plastik sebanyak 3,2 juta ton. Indonesia berada di urutan kedua sebagai negara penyumbang sampah plastik ke laut setelah Cina, lalu menyusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.
Kondisi tersebut juga didukung hasil riset Greeneration. Organisasi non-pemerintah yang 10 tahun mengikuti isu sampah ini mengemukakan bahwa satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik per tahun.