TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan akan terus mengembangkan infrastruktur di Bandar Udara (Bandara) DC Saudale, di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Saat ini, bandara dengan landas pacu sepanjang 1.650 meter kali 30 meter tersebut baru bisa melayani dua kali penerbangan (dua kali datang dan dua kali berangkat) setiap harinya.
"Sebab, pulau ini penting untuk NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) karena merupakan frontier island (pulau perbatasan)," kata Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso dalam keterangan tertulis kepada Tempo di Jakarta, Senin, 8 Januari 2018.
Baca: Inilah Pesawat Baru Garuda, Boeing 737 MAX 8
Menurut Agus, Bandara DC Saudale ini baru memiliki taxiway seluas 75 kali 17 meter dan apron seluas 120 kali 85 meter. Sejumlah fasilitas pendukung lainnya memang telah tersedia di bandara ini seperti gedung perkantoran, gedung navigasi penerbangan NDB, menara ATC, hingga gedung workshop.
Namun pesawat yang bisa mendarat baru sekelas ATR 72-500/600 dari maskapai penerbangan Wings Air dengan kapasitas angkut 72 seat. "Tapi masih ada moda lain yaitu kapal cepat dengan kapasitas 250 penumpang berangkat dua kali sehari dengan rute Rote ke Kupang, dan sebaliknya."
Pemerintah sendiri tengah menyiapkan anggaran hingga Rp 49 miliar untuk pengembangan Bandara DC Saudale. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut pengembangan bandara dilakukan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. "Sebagai wilayah Indonesia paling selatan, transportasi di Pulau Rote harus berjalan baik," kata Budi, Minggu, 10 September 2017 lalu.
Anggaran Rp 49 miliar disiapkan untuk pelapisan runway, termasuk turning area dalam rangka peningkatan PCN dengan aspal concrete tebal 7,5 cm. Pengembangan lainnya yaitu berupa pekerjaan interior gedung terminal, pembuatan drainase terbuka pasangan batu kali, dan tembok penahan tanah areal gedung kantor administrasi baru.
Menurut Agus, pembangunan Bandara DC Saundale ini sangat dibutuhkan untuk mengembangkan perekonomian di pulau paling selatan Indonesia tersebut. Pulau Rote, ujarnya, menyimpan beragam potensi ekonomi seperti potensi wisata alam pantai dan laut, potensi agrobisnis rumput laut dan pohon Lontar sebagai tanaman khas Rote. “Kami juga akan selalu melakukan mengawasi agar penerbangan ke Pulau Rote dan pulau-pulau paling luar lainnya bisa berlangsung dengan selamat dan aman," ujarnya.
FAJAR PEBRIANTO / VINDRY FLORENTIN