TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) memastikan kehadiran sejumlah moda transportasi alternatif dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menuju Bandara Soekarno Hatta bukan bertujuan membunuh agen travel swasta. Kehadiran berbagai transportasi alternatif ini justru dinilai menjadi tantangan bagi para pelaku usaha agen travel swasta.
"Ini justru menantang mereka, itu suasana batin yang ingin saya bangun, tapi tidak akan ada perbaikan," kata Kepala BPTJ Bambang Prihartono saat ditemui di Stasiun Sudirman Baru (BNI City), Jakarta, Kamis, 28 Desember 2017.
Bambang mengaku telah menyampaikan kepada sejumlah agen travel swasta menuju Bandara Soekarno Hatta untuk meningkatkan layanan. Sebab, masih banyak bus dari agen travel swasta yang beroperasi dengan kondisi yang buruk. "Saya sampaikan, Anda jangan terlalu cengeng, harus ada improvement (perbaikan)."
Hari ini, BPTJ dan Perusahaan Umum PPD (Pengangkutan Penumpang Djakarta) kembali meluncurkan bus Jabodetabek Airport Connexion, atau yang biasa dikenal JAConnexion, rute Pondok Indah Mall menuju Bandara Soekarno Hatta.
Kehadiran JAConnexion Pondok Indah Mall ini kian menambah pilihan transportasi masyarakat Jabodetabek menuju Bandara Soetta. Pada Senin, 25 Desember 2017, PT Kereta Api Indonesia (Persero) pun resmi meluncurkan kereta api Bandara Soekarno Hatta dengan keberangkatan dari Stasiun Sudirman Baru (BNI City).
Kehadiran JAConnexion Pondok Indah dan kereta bandara ini alhasil menambah ketat persaingan transportasi menuju Bandara Soekarno Hatta. Sebelumnya, moda lain juga beroperasi, seperti bus dari Perusahaan Umum (Perum) Damri transportasi online, hingga agen travel swasta, seperti Cititrans dan Primajasa.
Bambang menambahkan, kuantitas perjalanan masyarakat Jabodetabek menuju Bandara Soekarno Hatta saat ini masih cukup besar. Transportasi saat ini belum menjangkau keseluruhan perjalanan tersebut. "Ini sebabnya masih banyak yang menggunakan transportasi pribadi," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, Bambang mengaku tidak khawatir moda transportasi akan semakin beragam, baik dari pemerintah maupun swasta. Masyarakat, kata dia, tinggal memilih transportasi yang diinginkan. Bambang juga meyakini setiap jenis moda transportasi akan tetap memiliki pangsa pasar tersendiri. "Bagi saya ini bukan persaingan, tapi justru memberi pilihan."