TEMPO.CO, Kutai - Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Amien Sunaryadi mengatakan ada penghematan anggaran sebesar sekitar 5 sampai 10 persen dari pembangunan fasilitas produksi gas lapangan Jangkrik di area Fasilitas Penerimaan Darat (Onshore Receiving Facility/ORF) milik Eni Muara Bakau, di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
"Penghematannya sekitar US$ 4 juta," kata dia di Kutai Kartanegara, Selasa, 31 Oktober 2017.
Simak: Jonan Targetkan Lapangan Jangkrik Hasilkan Gas 600 Mmscfd
Fasilitas itu direncanakan rampung dibangun dalam empat tahun. Namun, dalam pengerjaannya, Eni selaku operator blok Jangkrik bisa menggeber pengerjaan sehingga kelar dalam waktu 3,5 tahun saja. Eni telah memulai produksi dari Proyek Pengembangan Kompleks Jangkrik di lepas pantai laut dalam Indonesia pada 29 Mei lalu.
Fasilitas itu, kata Amien, pada hari ini tercatat bisa memproduksi sebanyak sekitar 605 hingga 607 mmscfd gas dalam sehari. Padahal, awalnya, target produksi adalah 450 mmscfd per hari.
Fasilitas itu, kata Amien, berkontribusi menaikkan lifting migas secara nasional sebesar 5 persen. "Dari dua juta barel per hari, menjadi 2,1 juta barel per hari," kata dia.
Selanjutnya, gas yang diproduksi itu bakal di salurkan ke Bontang. "Sesuai perjanjian yang ada, dua per tiga dijual ke Pertamina, dan sepertiga disalurkan ke Eni Midstream," kata Amien. Mayoritas gas yang dikirim ke Pertamina bakal digunakan untuk kebutuhan domestik, sementara Eni Midstream untuk keperluan ekspor.
Atas capaian yang diraih perusahaan asal Italia itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan melemparkan pujian. "Ini luar biasa, selesainya lebih cepat sekitar enam bulan dari yang direncanakan, dari targetnya selesai dalam 4 tahun menjadi 3,5 tahun," kata dia.
Selanjutnya, bekas Menteri Perhubungan ini berharap SKK Migas dan operator nantinya bisa mengoperasikan fasilitas itu dengan lebih efisien. "Cost recovery kita pikirkan karena ini uang rakyat."
Managing Director Eni Indonesia, Fabrizio Trili, mengakui bahwa pencapaian itu tidak diperoleh dengan mudah. "Sejak awal, hal ini bukanlah pekerjaan yang sederhana," kata dia. Namun, menurut dia, pekerjaan ini adalah contoh kerja sama dan saling percaya untuk mencapai hasil yang besar.
Begitu pula mengenai hasil produksi, dia mengatakan peningkatan yang dicapai adalah hasil dari menantang diri untuk meraih lebih dari yang telah dicapai. Proyek ini dikerjakan oleh lebih dari seribu tenaga kerja. Adapun 94,5 persen di antaranya adalah warga negara Indonesia.
Fasilitas produksi lapangan Jangkrik merupakan bagian integrasi dari proyek pengembangan Kompleks Jangkrik yang dioperasikan oleh Eni Muara Bakau selaku Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Sebelumnya, Eni resmi menjadi operator Blok Muara Bakau pada tahun 2002. Blok Muara Bakau terletak di lepas pantai cekungan Kutei sekitar 70 km dari garis pantai Kalimantan Timur.
Penemuan cadangan gas pertama terjadi pada tahun 2009 di Sumur Jangkrik-1. Berjarak sekitar 20 km dari Lapangan Jangkrik pada blok yang sama terdapat sumur Jangkrik North East yang ditemukan pada tahun 2011 dan kemudian diintegrasikan dalam satu rencana pengembangan lapangan (POD).
Pemerintah Indonesia menyetujui POD Lapangan gas Jangkrik pada tahun 2011 dan Lapangan Jangkrik North East pada tahun 2013. Persetujuan Lapangan Jangkrik North East melingkupi penggabungan pengembangan Lapangan Jangkrik yang dinamakan “Jangkrik Complex Project” (Proyek Jangkrik).
CAESAR AKBAR