TEMPO.CO, Jakarta - Saldo e-money uang elektronik perdana, yang banyak dijual dengan harga Rp 50 ribu, berbeda-beda tergantung bank penerbitnya. Misalnya pada kartu Bank Mandiri, saldo yang tersedia Rp 30 ribu sedangkan Bank BRI dan BCA lebih banyak yakni Rp 40 ribu. Pihak Bank Mandiri menyatakan perbedaan saldo e-money disebabkan karena masih ada masa transisi pemotongan harga jual kartu.
“Karena butuh waktu transisi untuk convert sesuai arahan Bank Indonesia. Kartu yang tersedia di lapangan masih yang belum didiskon,” ujar Direktur Perbankan Digital dan Teknologi Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans kepada Tempo, Senin 9 September 2017.
Baca juga: E-Money Sempat Langka di Banten
Rico mengatakan, pada 15 Agustus hingga 15 September 2017 lalu Bank Indonesia mengimbau bank untuk melakukan pemotongan harga jual kartu sebesar 50 persen. Sehingga harga jual kartu yang tadinya Rp 20 ribu menjadi Rp 10 ribu per buah. Dengan itu, bank dapat memberikan saldo sebanyak Rp 40 ribu kepada pelanggan dengan harga Rp 50 ribu.
Namun setelah masa diskon tersebut selesai, BI mengimbau kepada bank-bank untuk kembali memberikan diskon harga jual kartu sebanyak 50 persen. Sedangkan bank Mandiri sudah terlanjur kembali ke harga jual awal yakni Rp 20 ribu per kartu, sehingga ada beberapa kartu yang saldonya Rp 30 ribu.
Rico mengatakan, Mandiri sedang bergerak cepat agar para pelanggan bisa mendapatkan saldo Rp 40 ribu dengan harga Rp 50 ribu. Meskipun begitu, setelah didiskon, Rico mengimbau kepada masyarakat untuk tidak menjual kartu e-money tersebut.
“Senin ini harusnya sudah kembali lagi ke saldo Rp 40 ribu. Tetapi kartunya jangan dibeli banyak-banyak kemudian malah dijual lagi ya,” kata Rico. E-money akhir-akhir i ni banyak dicari karena pemeringtah akan memberlakukan transaksi non-tunai di semua jalan tol mulai akhir Oktober 2017. Sebagian gerbang sudah melaksanakan ketentuan ini sejak September 2017.