DPR dan Pemerintah Sepakat Naikkan Porsi Modal Asing di Asuransi

Reporter

Editor

Setiawan

Rabu, 26 Juli 2017 19:50 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) dan Kepala Staf Presiden Teten Masduki (kiri) menyimak arahan Presiden Joko Widodo saat Sidang Kabinet Paripurna tentang RAPBN 2018 di Istana Negara, Jakarta, 24 Juli 2017. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersama Komisi Keuangan DPR hari ini menggelar rapat kerja untuk membahas rencana rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang kepemilikan asing pada perusahaan asuransi. Rapat yang dimulai pukul 16.15 itu menyepakati rencana pemerintah untuk menambah porsi modal asing dalam perusahaan asuransi dengan menyertakan catatan dari sejumlah fraksi.

"Semua fraksi pada intinya dapat memahami usulan pemerintah dengan catatan dari masing-masing fraksi mohon bisa menjadi pertimbangan dalam menyusun RPP," ujar pimpinan rapat, Ketua Komisi Keuangan DPR, Melchias Marcus Mekeng, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 26 Juli 2017.

Dalam rapat-rapat sebelumnya, kebanyakan anggota fraksi di Komisi Keuangan DPR menginginkan modal asing di perusahaan asuransi menjadi minoritas sebesar 49 persen, dan modal domestik 51 persen. Sedangkan rancangan peraturan pemerintah yang disusun Kementerian Keuangan menghendaki kepemilikan asing maksimal 80 persen. Namun kini mayoritas Dewan telah memahami dan menyepakati rencana pemerintah tersebut.

"Penerbitan RPP itu sudah kami sampaikan secara detil dan kami sudah sampaikan apa yang menjadi dasar dan alasan kami ingin menerbitkannya," ucap Sri Mulyani.

Fraksi Partai Nasdem dalam pandangannya menyampaikan bahwa ada sejumlah hal yang harus diperhatikan terkait dengan pelaksanaan asuransi di Indonesia. "Secara khusus masalah AJB Bumiputera 1912 yang sangat kompleks kemarin dan melibatkan lebih dari 6 juta pemegang polis," ujar Anggota Komisi XI dari Fraksi Partai Nasdem, Johnny G. Plate.

Dia mengatakan perlu ada pengawasan terhadap sektor asuransi Indonesia, tidak hanya kondisi likuiditasnya. Namun juga solvabilitas atau kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. "Ini ujung-ujungnya akan menjadi tanggung jawab dari ownernya sendiri yang akan kita berikan kepada negara asing, nanti kalau ada masalah bagaimana tanggung jawab itu," ucap Johhny.

Persetujuan dengan catatan juga disampaikan oleh Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). "Dari sekarang perlu dipikirkan pengembangan asuransi nasional, terutama tentang potensi asuransi jiwa yang begitu besar," ucap Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDIP, Andreas Eddy Susetyo.

Andreas menuturkan pada jangka panjang potensi pasar asuransi yang masih besar itu harus dapat dimanfaatkan oleh industri nasional. Pihaknya juga ingin agar pemerintah memonitor kecukupan modal perusahaan asuransi saat ini, agar tak mengganggu kepercayaan masyarakat. Di satu sisi asuransi memberikan kontribusi pembiayaan yang cukup besar kedua setelah perbankan. "Sudah saatnya kita buat rambu-rambu yang ketat, karena tahu pengelolaan risikonya belum sekuat perbankan."

Persetejuan dengan catatan lainnya juga diberikan oleh fraksi Partai Hanura, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golkar, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gerindra, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sementara itu, Fraksi Partai Demokrat mengatakan belum dapat bersepakat dengan usulan pemerintah tersebut, dengan pertimbangan bahwa fraksi menginginkan pemerintah membatasi kepemilikan modal pihak asing di perusahaan asuransi setinggi-tingginya 49 persen untuk memberikan ruang bagi investor lokal.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

43 menit lalu

Beberapa Kasus Terkait Bea Cukai yang Menghebohkan Publik

Bea cukai sedang disorot masyarakat. Ini beberapa kasus yang membuat heboh

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

10 jam lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

23 jam lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

2 hari lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

2 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

2 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

2 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

2 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya