Tiga pialang memperhatikan pergerakan harga saham di bursa saham Sao Paulo, Brasil, (8/8). Indeks saham di Brasil mengalami penuruanan tajam akibat turunnya peringkat utang Amerika Serikat. AP/Andre Penner
TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham Wall Street tadi malam ditutup bervariasi dalam rentang terbatas. Indeks DJIA dan S&P mengalami koreksi sementara indeks Nasdaq menguat.
Indeks DJIA dan S&P masing-masing koreksi 0,13 persen dan 0,02 perseb di 21.611,78 dan 2.473,45. Indeks Nasdaq menguat 0,08 persen di level tertinggi baru yaitu 6.390.
Analis First Asia Capital David Sutyanto mengatakan sentimen pasar tadi malam kembali tertuju dengan isu politik Gedung Putih. Isu tersebut terkait dengan kelanjutan investigasi atas keterlibatan Rusia dalam memenangkan Donald Trump di pemilihan Presiden November lalu.
"Selain isu politik, pasar juga digerakkan dengan sejumlah rilis laba kuartal II 2017 emiten yang membukukan pertumbuhan solid," kata David seperti dilansir keterangan tertulis, Jumat, 21 Juli 2017.
Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan pergerakan bursa saham Amerika masih dibayangi sentimen ketidakpastian jalannya pemerintahan Presiden Trump. "Pasca gagalnya pemerintahan Trump mereformasi paket kebijakan kesehatan Obamacare, pasar mulai meragukan langkah pemerintahan Trump selanjutnya," ucapnya dalam keterangan tertulis.
Reza mengatakan penguatan masih didominasi saham-saham tekno, kecuali Apple yang melemah. Penguatan tersebut berimbas pada masih naiknya Nasdaq. Namun indeks S&P dan DJIA berbalik melemah seiring rilis kinerja beberapa emiten yang di bawah ekspektasi.
Sementara itu, pergerakan bursa saham Asia kemarin menguat seiring respon pasar positif terhadap kebijakan Bank of Japan. Bank sentral Jepang memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter dan memangkas target inflasi pada 2017-2018 dan 2018-2019.
Reza mengatakan pasar juga menunggu berita dari European Central Bank (ECB). Di sisi lain, pelaku pasar juga berharap positif akan dirilisnya kinerja keuangan para emiten.
Semua indeks-indeks di Asia tercatat menguat. Nikkei 225 memimpin dengan penguatan 0,62 persen, disusul oleh S&P/ASX 200 0,51 persen. KOSPI Index naik 0,49 persen, Shanghai Composite 0,44 persen, dan Hang Seng Index 0,26 persen.
Di eropa, bursa saham berakhir variatif cenderung melemah setelah di awal sesi terjadi penguatan. Reza mengatakan adanya indikasi kinerja keuangan para emiten yang membaik memberikan sentimen positif pada bursa saham Eropa.
Namun sentimen juga diimbangi oleh keputusan European Central Bank (ECB) yang tetap mempertahankan tingkat suku bunga. Bank sentral itu juga berencana menurun bertahap dari quantitative easing.
Indeks pan-European Stoxx600 melemah 0,38 persen seiring variatifnya sentimen di bursa saham. Emiten power plant, Wartsila, mengalami kenaikan seiring rilis kinerja keuangan di atas ekspektasi. Kenaikan dibarengi dengan rilis kinerja ABB dan Unilever yang melemah seiring rilis kinerjanya di bawah ekspektasi.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.