Airbus Bangun Pabrik Perakitan Helikopter USD 11,21 Juta di Cina

Reporter

Kamis, 1 Juni 2017 00:00 WIB

Helikopter canggih EC725 Cougar buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Airbus Helicopter di Bandung, 4 Desember 2015. Helikopter hasil kerjasama PT DI dan Airbus ini telah digunakan oleh 30 kepala negara. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Beijing - Industri dirgantara multinasional Airbus Helicopters menjalin kemitraan strategis dengan Cina melalui pembangunan pabrik perakitan di Qingdao, Provinsi Shandong. Pabrik ini perakitan helikopter jenis H135 ini merupakan yang pabrik dirgantara pertama kali yang dibangun di Cina.

"Kami yakin proyek ini akan saling menguntungkan dalam memenuhi permintaan konsumen lokal seiring dengan makin pentingnya pelayanan helikopter," kata CEO Airbus Helicopters Guillaume Faury di Beijing, Rabu 30 Mei 2017.

Dengan biaya investasi lebih dari 10 juta Euro (US$ 11,21 juta), pembangunan pabrik tersebut diperkirakan rampung pada 2018.

Baca: Dirgantara Indonesia Pasok Komponen Pesawat Airbus Helicopters

Berdasarkan kerangka kerja sama yang ditandatangani pada bulan Juni tahun lalu, sekitar 100 unit Airbus H135 akan dirakit selama 10 tahun mendatang dan pesawat pertama mulai tersedia di Qingdao pada pertengahan 2019.

Baca: Saingi Boeing dan Airbus, Rusia Ujicoba MS-21

Kapasitas produksi pabrik perakitan tersebut diperkirakan mencapai 18 unit helikopter per tahun dan akan dapat ditingkatkan pada perkembangan selanjutnya.

Faury menjelaskan proyek barunya itu menandai peningkatan kerja sama global sekaligus sebagai komitmen untuk meningkatkan kerja sama dengan Cina yang industri kedirgantaraannya meningkat pesat.

Fasilitas produksi baru yang berlokasi di Jimo Hi-Tech Industrial Development Zone itu akan dioperasikan oleh Airbus Helicopters dan Qingdao United General Aviation Co Ltd yang merupakan perusahaan patungan antara China Aviation Supplies Holding Co (CAS) dan Qingdao United General Aviation Industrial Development Co Ltd.

Airbus Helicopters masih memegang saham mayoritas sebesar 51 persen dalam perusahaan tersebut.

"Pabrik perakitan H135 ini merupakan salah satu contoh meningkatnya kerja sama Cina-Eropa yang berperan penting dalam mendukung perkembangan indutsri kedirgantaraan Cina," kata CEO CAS Li Hai.

H135 merupakan helikopter ringan bermesin ganda yang dapat menjalankan misi operasi pelayanan kegawatdaruratan kesehatan, SAR, patroli keamanan, pemadam kebakaran, dan pariwisata.

Sampai saat ini, lebih dari 1.200 unit helikopter yang masuk dalam seri H135 telah beroperasi secara internasional.

Pada 2016, Cina telah menjadi pasar terbesar Airbus Helicopters. Dalam dua tahun mendatang permintaan helikopter bermesin ganda diperkirakan mencapai 600 unit seiring dengan meningkatnya pelayanan kedaruratan kesehatan, pelayanan umum, dan sektor industri lainnya di Cina.

ANTARA

Berita terkait

Dikabarkan Menunggak, PT Dirgantara Indonesia Klaim Sudah Lunasi THR

26 hari lalu

Dikabarkan Menunggak, PT Dirgantara Indonesia Klaim Sudah Lunasi THR

Dalam siaran pers menerangkan pada Rabu ini diadakan pertemuan antara direksi dengan seluruh karyawan PT Dirgantara Indonesia.

Baca Selengkapnya

Autopilot Mode Heading Select di Insiden Pesawat Batik Air Terbang Melenceng

49 hari lalu

Autopilot Mode Heading Select di Insiden Pesawat Batik Air Terbang Melenceng

Pengamat dan pilot bicara autopilot mode Heading Select di insiden pesawat Batik Air yang terbang melenceng karena ditinggal tidur pilot-kopilot.

Baca Selengkapnya

Airbus Kembangkan Pesawat Listrik untuk Transportasi di Dalam Kota: CityAirbus NextGen

50 hari lalu

Airbus Kembangkan Pesawat Listrik untuk Transportasi di Dalam Kota: CityAirbus NextGen

Airbus telah menunjukkan kepada publik prototipe CityAirbus NextGen hasil pengembangannya. Bagian dari investasi Advanced Air Mobility (AMM).

Baca Selengkapnya

Tanggapi Sanksi ke Pilot dan Kopilot Batik Air yang Tertidur Saat Penerbangan, Pengamat: Ada Risiko Sistemik

50 hari lalu

Tanggapi Sanksi ke Pilot dan Kopilot Batik Air yang Tertidur Saat Penerbangan, Pengamat: Ada Risiko Sistemik

Pengamat penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia Gerry Soejatman menilai sanksi yang diberikan kepada pilot dan kopilot Batik Air yang tidur saat penerbangan tidak cukup.

Baca Selengkapnya

Deretan Fakta Pilot Batik Air Tertidur 28 Menit hingga Pesawat Nyasar: Kronologi, Temuan KNKT, Teguran Kemenhub..

50 hari lalu

Deretan Fakta Pilot Batik Air Tertidur 28 Menit hingga Pesawat Nyasar: Kronologi, Temuan KNKT, Teguran Kemenhub..

KNKT membeberkan insiden pilot dan kopilot Batik Air rute Kendari-Jakarta yang tertidur saat bertugas menerbangkan pesawat. Ini deretan faktanya.

Baca Selengkapnya

Dibayangi Genosida di Gaza, Israel Hadiri Pameran Dirgantara di Singapura

23 Februari 2024

Dibayangi Genosida di Gaza, Israel Hadiri Pameran Dirgantara di Singapura

Industri pertahanan Israel ikut serta dalam pameran dirgantar di Singapore Airshow pekan ini meski dibayangi genosida terhadap warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

3 Negara Mulai Luncurkan Mobil Terbang, di IKN Mengudara Tahun 2045

21 Februari 2024

3 Negara Mulai Luncurkan Mobil Terbang, di IKN Mengudara Tahun 2045

Negara mana saja yang sudah mulai melakukan peluncuran mobil terbang layaknya yang akan diterapkan di IKN?

Baca Selengkapnya

Landasan Pacu Bandara Haneda Tempat Kecelakaan Mulai Dibersihkan

5 Januari 2024

Landasan Pacu Bandara Haneda Tempat Kecelakaan Mulai Dibersihkan

Kru di Bandara Haneda Tokyo mulai membersihkan bangkai pesawat Japan Airlines yang hangus dari landasan pacu.

Baca Selengkapnya

Per Hari Ini, Citilink Buka Rute Baru Jakarta-Pangkalan Bun Tiga Kali Sepekan

5 Januari 2024

Per Hari Ini, Citilink Buka Rute Baru Jakarta-Pangkalan Bun Tiga Kali Sepekan

Maskapai penerbangan Citilink meluncurkan rute penerbangan baru, yakni Jakarta-Pangkalan Bun mulai hari ini.

Baca Selengkapnya

Belajar dari Kecelakaan Pesawat di Jepang, Bagaimana Jet Karbon Mengatasi Bencana?

5 Januari 2024

Belajar dari Kecelakaan Pesawat di Jepang, Bagaimana Jet Karbon Mengatasi Bencana?

Kecelakaan pesawat di Jepang menandai ujian bagaimana jet karbon baru mengatasi bencana.

Baca Selengkapnya