Helikopter canggih EC725 Cougar buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Airbus Helicopter di Bandung, 4 Desember 2015. Helikopter hasil kerjasama PT DI dan Airbus ini telah digunakan oleh 30 kepala negara. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Beijing - Industri dirgantara multinasional Airbus Helicopters menjalin kemitraan strategis dengan Cina melalui pembangunan pabrik perakitan di Qingdao, Provinsi Shandong. Pabrik ini perakitan helikopter jenis H135 ini merupakan yang pabrik dirgantara pertama kali yang dibangun di Cina.
"Kami yakin proyek ini akan saling menguntungkan dalam memenuhi permintaan konsumen lokal seiring dengan makin pentingnya pelayanan helikopter," kata CEO Airbus Helicopters Guillaume Faury di Beijing, Rabu 30 Mei 2017.
Dengan biaya investasi lebih dari 10 juta Euro (US$ 11,21 juta), pembangunan pabrik tersebut diperkirakan rampung pada 2018.
Berdasarkan kerangka kerja sama yang ditandatangani pada bulan Juni tahun lalu, sekitar 100 unit Airbus H135 akan dirakit selama 10 tahun mendatang dan pesawat pertama mulai tersedia di Qingdao pada pertengahan 2019.
Kapasitas produksi pabrik perakitan tersebut diperkirakan mencapai 18 unit helikopter per tahun dan akan dapat ditingkatkan pada perkembangan selanjutnya.
Faury menjelaskan proyek barunya itu menandai peningkatan kerja sama global sekaligus sebagai komitmen untuk meningkatkan kerja sama dengan Cina yang industri kedirgantaraannya meningkat pesat.
Fasilitas produksi baru yang berlokasi di Jimo Hi-Tech Industrial Development Zone itu akan dioperasikan oleh Airbus Helicopters dan Qingdao United General Aviation Co Ltd yang merupakan perusahaan patungan antara China Aviation Supplies Holding Co (CAS) dan Qingdao United General Aviation Industrial Development Co Ltd.
Airbus Helicopters masih memegang saham mayoritas sebesar 51 persen dalam perusahaan tersebut.
"Pabrik perakitan H135 ini merupakan salah satu contoh meningkatnya kerja sama Cina-Eropa yang berperan penting dalam mendukung perkembangan indutsri kedirgantaraan Cina," kata CEO CAS Li Hai.
H135 merupakan helikopter ringan bermesin ganda yang dapat menjalankan misi operasi pelayanan kegawatdaruratan kesehatan, SAR, patroli keamanan, pemadam kebakaran, dan pariwisata.
Sampai saat ini, lebih dari 1.200 unit helikopter yang masuk dalam seri H135 telah beroperasi secara internasional.
Pada 2016, Cina telah menjadi pasar terbesar Airbus Helicopters. Dalam dua tahun mendatang permintaan helikopter bermesin ganda diperkirakan mencapai 600 unit seiring dengan meningkatnya pelayanan kedaruratan kesehatan, pelayanan umum, dan sektor industri lainnya di Cina.
Tanggapi Sanksi ke Pilot dan Kopilot Batik Air yang Tertidur Saat Penerbangan, Pengamat: Ada Risiko Sistemik
50 hari lalu
Tanggapi Sanksi ke Pilot dan Kopilot Batik Air yang Tertidur Saat Penerbangan, Pengamat: Ada Risiko Sistemik
Pengamat penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia Gerry Soejatman menilai sanksi yang diberikan kepada pilot dan kopilot Batik Air yang tidur saat penerbangan tidak cukup.