Haji Mohamad Nawang Layung saat membagikan 1000 amplop zakat mal untuk warga miskin di Jalan Raden Patah, Semarang, 11 Juli 2015. Zakat mal yang dibagikan Haji Mohamad Nawang Layung habis dalam waktu dua jam. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Jakarta - Data Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menunjukkan serapan zakat di Indonesia masih rendah. Pada 2016, tercatat zakat masuk Rp 5 triliun. Jumlah ini hanya 1 persen dari potensi zakat di Indonesia sebesar Rp 217 triliun.
Karena itu, Baznas meluncurkan sarana pembayaran zakat digital. Lembaga ini menggandeng MatahariMall.com untuk memfasilitasi pengembangan pelantar tersebut.
"Baznas tidak ingin luput berinovasi. Dari 255 juta rakyat Indonesia, menariknya, pemilik ponsel (telepon seluler) ada 300 juta. Kenapa tidak lewat dunia digital?," ujar Direktur Koordinasi Pengumpulan, Komunikasi, dan Informasi Baznas Arifin Purwakananta di kantornya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu, 31 Mei 2017.
Arifin ingin mempermudah proses pembayaran zakat di Indonesia. Ia menyadari kerja sama dengan pelaku e-commerce, seperti MatahariMall.com, dapat menjembatani tujuan Baznas, yakni transparan dan akuntabel. Rencananya, kata Arifin, kerja sama akan dikembangkan untuk pembayaran infak, sedekah, hingga kurban.
Head of Communication and Partnership Alvin Aulia Akbar menambahkan, kerja sama tahap awal ini hanya mengedukasi masyarakat membayar zakat. MatahariMall.com berharap persentase pembayaran zakat lewat kanal e-commerce mampu menaikkan raihan zakat Baznas.
Pelantar yang dapat diakses di laman www.digital.mataharimall.com/zakat ini akan memfasilitasi pembayaran zakat profesi dan zakat harta (mal). Kalkulator zakat yang tersemat di dalamnya akan membantu calon muzaki menghitung zakat yang harus dibayarkan berdasarkan data penghasilan, harta, serta utang-piutang yang dimiliki.