ANALISIS: Setelah Indonesia Layak Investasi

Reporter

Senin, 29 Mei 2017 09:30 WIB

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) dan Seskab Pramono Anung (tengah) tertawa lepas saat menuju ruang Teratai untuk memimpin rapat terbatas tindak lanjut KTT One Belt One Road di Istana Bogor, Jawa Barat, 22 Mei 2017. Presiden meminta seluruh jajaran untuk meningkatkan kepercayaan dalam investasi dan mengoptimalkan peluang untuk menarik investor lebih banyak. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta -Akhirnya lembaga pemeringkatan global S&P menaikkan peringkat utang pemerintah Indonesia ke BBB-, yaitu memasuki zona “layak investasi”. Ini suatu prestasi yang cukup berdampak karena mencerminkan utang pemerintah yang risikonya lebih aman bagi investor.

Baca: Dianggap Berhasil Jaga Stabilitas Ekonomi, Rating Utang RI Naik

Akibatnya, biaya bunga utang akan turun, sehingga meringankan beban anggaran pemerintah. Peringkat utang badan usaha milik negara atau swasta juga akan ikut turun, dan dari situ akan ada harapan baru untuk membantu pemulihan ekonomi kita.

Baca: Presiden Apresiasi Naiknya Rating Investasi Indonesia

Sebaliknya, investor global, yang sering hanya dapat membeli utang atau obligasi yang berada di peringkat zona “layak investasi”, sinyal baru ini juga penting. Sebab, peringkat utang yang jadi patokan atau yang berlaku bagi investor harus berupa penilaian terendah di antara dua atau tiga pemeringkat global. Dan, dari lembaga pemeringkat dunia: S&P, Moody’s, dan Fitch, hanya S&P yang belum memberi peringkat “layak investasi” bagi utang Indonesia.

Dengan demikian, kenaikan peringkat ini membuka pintu yang lebih lebar bagi pembelian surat utang kita oleh para pemilik dana dan pemain global.

Itulah yang terjadi pada Jumat, 19 Mei lalu, ketika beberapa menit setelah kenaikan peringkat diumumkan, para trader bank sibuk meladeni perintah beli. Akibatnya, bunga utang pemerintah turun 0,15-0,20 persen ke tingkat 6,9 persen. Sedangkan di pasar saham, indeks harga saham gabungan (IHSG) turut meningkat tajam, dari 5.645 pada Kamis ke 5.791 pada hari pengumuman S&P, walau terkoreksi sesudahnya dan turun kembali ke tingkat 5.700 pada 24 Mei. Dengan masuknya aliran dana asing yang cukup besar, nilai rupiah ikut menguat ke 13.325 per dolar Amerika Serikat pada hari itu, dari 13.356 sehari sebelumnya. Lalu menguat lagi ke Rp 13.311 pada 24 Mei.

Lembaga pemeringkatan selalu mengingatkan bahwa yang mereka ukur adalah kapasitas atau “kemampuan” peminjam membayar kembali (capacity to repay), serta “kemauan” membayar kembali (willingness to repay) utang.

Kapasitas pengembalian yang dilihat adalah kesehatan mengelola keuangan fiskal, yakni antara pendapatan pajak dan pengeluaran belanja, sehingga ada cukup dana untuk mengembalikan utang. Dan, jika pendapatan pajak menurun, seberapa jauh pemerintah memiliki kemampuan untuk dapat menurunkan belanja negara, seperti memangkas subsidi dan melakukan penghematan serta perampingan lain.

Pemerintah Jokowi cukup berhasil dalam hal ini. Hanya, faktor “kemauan” membayar, yang nantinya akan menentukan kelangsungan pembayaran kembali utang (repayment sustainability), agak lebih sulit diukur. Faktor ini lebih bersifat kualitatif karena menyangkut pandangan pimpinan negara, juga iklim politik dan keamanan, di sepanjang periode utang itu berlangsung. Dengan memanasnya temperatur politik menjelang Pemilihan Umum 2019, yang sudah terasa dengan pilkada Jakarta bulan lalu, risiko terpilihnya pimpinan negara dan sikap terhadap pengembalian utang yang mungkin berubah akan meningkat. Jadi, walau ada “kemampuan” yang meningkat untuk membayar utang, belum tentu ada “kemauan” membayar yang serupa. Ini yang sering alot dibahas dalam komite penentuan peringkat di lembaga pemeringkatan.

Semoga konsistensi kebijakan dan temperatur politik serta keamanan negara tetap terjaga menjelang dan sesudah Pemilu 2019. Dengan begitu, peringkat layak investasi yang sudah susah-payah diperoleh dapat kita pertahankan.

MANGGI HABIR (Kontributor Tempo)

Berita terkait

Ganjar Sebut Investasi RI Terkendala Pungli dan Birokrasi yang Ribet

24 Oktober 2023

Ganjar Sebut Investasi RI Terkendala Pungli dan Birokrasi yang Ribet

Calon presiden Ganjar Pranowo menyebut, investasi di Indonesia masih terkendala karena maraknya pungutan liar atau pungli dan birokrasi yang ribet.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Fitch Rating Pertahankan Rating Utang RI

3 September 2018

Ini Alasan Fitch Rating Pertahankan Rating Utang RI

Fitch Ratings mematok peringkat rating utang Indonesia pada level 'BBB'.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tak Puas dengan Kemudahan Berbisnis Naik: Masih Ruwet

28 Maret 2018

Jokowi Tak Puas dengan Kemudahan Berbisnis Naik: Masih Ruwet

Naiknya peringkat kemudahan berbisnis yang diraih Indonesia belum membuat Jokowi puas.

Baca Selengkapnya

Kemudahan Berbisnis di Indonesia Naik ke Peringkat 72

1 November 2017

Kemudahan Berbisnis di Indonesia Naik ke Peringkat 72

Peringkat kemudahan berbisnis Indonesia naik dari 91 menjadi 72.

Baca Selengkapnya

Peringkat Inovasi Indonesia Jauh di Bawah Vietnam

27 September 2017

Peringkat Inovasi Indonesia Jauh di Bawah Vietnam

Di kawasan ASEAN, peringkat inovasi Indonesia jauh di bawah Malaysia dan Vietnam.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Fitch Naikkan Lagi Peringkat Indonesia

21 Juli 2017

BI Optimistis Fitch Naikkan Lagi Peringkat Indonesia

Fitch Ratings mengafirmasi peringkat Indonesia pada level layak investasi.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kembali Raih Peringkat Investment Grade dari Fitch

21 Juli 2017

Indonesia Kembali Raih Peringkat Investment Grade dari Fitch

Afirmasi rating bisa menjadi faktor pendukung tambahan bagi Indonesia dalam menjaga keyakinan investor dan stakeholders

Baca Selengkapnya

Kepala BKPM Sebut Rating S&P Bantu Pemerintah Gaet Investor  

31 Mei 2017

Kepala BKPM Sebut Rating S&P Bantu Pemerintah Gaet Investor  

Peningkatan peringkat investasi tersebut belum membuat pemerintah merevisi target investasi.

Baca Selengkapnya

S&P Naikkan Rating, Analis Mandiri: Perluas Basis Investor  

31 Mei 2017

S&P Naikkan Rating, Analis Mandiri: Perluas Basis Investor  

Handy Yunianto mengatakan peluang kenaikan peringkat dari S&P seharusnya dimanfaatkan untuk memperbesar porsi obligasi pemerintah.

Baca Selengkapnya

Pasca S&P Naikkan Rating, Dana Investasi Capai Rp 108 Triliun

30 Mei 2017

Pasca S&P Naikkan Rating, Dana Investasi Capai Rp 108 Triliun

BI akan terus memonitor adanya potensi kenaikan Fed Fund Rate.

Baca Selengkapnya