Kepala Bappenas Ungkap Alasan Akses Keuangan Masyarakat Rendah

Reporter

Editor

Setiawan

Senin, 22 Mei 2017 11:31 WIB

Bambang Sumantri Brojonegoro. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan keuangan inklusif merupakan komponen penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan stabilitas sistem keuangan, menanggulangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan.

Baca: 2019, OJK Targetkan Inklusi Keuangan Capai 75 Persen

Menurut Bambang, keuangan inklusif diwujudkan melalui akses masyarakat terhadap layanan keuangan, sehingga partisipasi masyarakat dalam perekonomian meningkat. "Namun akses masyarakat terhadap layanan keuangan masih relatif rendah," ucap Bambang di Hotel Pullman, Jakarta, Senin, 22 Mei 2017.

Berdasarkan survei Bank Dunia pada 2014, baru 37 persen penduduk dewasa Indonesia yang memiliki rekening bank, 27 persen yang memiliki simpanan formal, dan 13 persen yang memiliki pinjaman formal. "Angka ini jauh lebih rendah dibanding negara-negara lain di Asia," ujar Bambang.

Rendahnya akses keuangan tersebut, menurut Bambang, diikuti dengan rendahnya literasi keuangan. Menurut survei Otoritas Jasa Keuangan pada 2016, hanya 28,9 persen penduduk dewasa Indonesia yang memahami produk-produk perbankan. "Tingkat pemahaman ini semakin rendah untuk produk jasa keuangan lain," tuturnya.

Inklusi keuangan antarpulau, kata Bambang, tidak merata. Inklusi keuangan di Jawa dan Sumatera lebih tinggi dibanding pulau-pulau lain. Adapun rata-rata tingkat literasi keuangan Indonesia timur pada 2016 baru mencapai 25 persen, di mana Papua Barat 19,3 persen; Nusa Tenggara Barat 21,5 persen; dan Papua 22,2 persen.

Bambang mengatakan rendahnya inklusi keuangan bersumber dari beberapa faktor, baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan. Dari sisi penawaran, terdapat informasi asimetris yang mengakibatkan institusi keuangan terlalu selektif memilih nasabah dan tingginya biaya operasional di daerah-daerah terpencil.

Selain itu, terdapat persepsi dari lembaga keuangan bahwa pelayanan untuk rumah tangga berpendapatan rendah tidak menguntungkan serta terbatasnya pengetahuan mengenai kebutuhan rumah tangga berpendapatan rendah yang menyebabkan desain produk tidak sesuai dengan kebutuhan.

Baca: OJK Lakukan SNLK Sebagai Upaya Inklusi Keuangan

Adapun dari sisi permintaan, faktornya adalah pendapatan rumah tangga terlalu rendah, persyaratan administrasi terlalu rumit, lokasi kantor tidak terjangkau, kepercayaan terhadap lembaga keuangan rendah, persepsi bahwa bank hanya untuk orang kaya, dan faktor sosiokultural, misalnya larangan agama.

ANGELINA ANJAR SAWITRI




Berita terkait

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

4 jam lalu

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

Penyaluran pendanaan AdaKami pada Januari-April 2024 mencapai Rp 4,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

4 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

5 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Najeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi

5 hari lalu

Najeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi

Najeela Shihab menilai kualitas hubungan dalam keluarga sangatlah menentukan kemampuan seseorang untuk punya literasi keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

6 hari lalu

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan edukasi literasi keuangan untuk perempuan.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

6 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak di Tengah Pelemahan Rupiah

6 hari lalu

OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak di Tengah Pelemahan Rupiah

OJK memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

7 hari lalu

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

Australia lewat pendanaan campuran mengucurkan investasi transisi net zero di Indonesia melalui program KINETIK

Baca Selengkapnya

Faktor yang Tentukan Kondisi Kesehatan Mental Seseorang

12 hari lalu

Faktor yang Tentukan Kondisi Kesehatan Mental Seseorang

Psikolog mengatakan kondisi kesehatan mental seseorang ditentukan oleh berbagai faktor. Apa saja?

Baca Selengkapnya

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

13 hari lalu

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya