Fed Fund Naik, Begini Prediksi Rupiah dan IHSG Hari Ini

Jumat, 16 Desember 2016 08:48 WIB

Ilustrasi Rupiah. ANTARA/Yudhi Mahatma

TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve atau The Fed) menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund) diperkirakan bakal mendongkrak penguatan nilai tukar dolar AS. Hal tersebut, menurut ekonom dari First Asia Capital David Sutyanto, bakal berisiko bagi pasar negara berkembang termasuk Indonesia. “Risiko capital outflow akan berlanjut,” ujarnya seperti dikutip dari pesan tertulisnya, Jumat, 16 Desember 2016.

Hal tersebut, David, akan membuat Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada perdagangan akhir pekan ini bergerak bervariasi dan rawan koreksi. "IHSG diperkirakan rawan koreksi di tengah kekhawatiran pelemahan rupiah," tuturnya. Pada perdagangan hari ini, David memperkirakan IHSG diperkirakan akan bergerak dengan support di 5.230 dan resisten di 5.310.

Pada perdagangan saham kemarin, IHSG kembali terkoreksi menyusul penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang kawasan, termasuk rupiah setelah pertemuan The Fed malam sebelumnya yang memutuskan kenaikan bunga FFR 25 basis poin (sesuai estimasi). Selain itu mereka juga memberikan sinyal kenaikan bunga di 2017 hingga tiga kali di atas perkiraan sebelumnya hanya dua kali. "Ini berarti tingkat bunga FFR tahun depan akan mencapai 1,5 persen," kata David.

Merespon hal tersebut, kurs rupiah kemarin melemah 0,7 persen di Rp 13.384 per dolar AS dari hari sebelumnya di Rp13.294 per dolar AS. Kemarin setelah pasar tutup, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan tingkat bunga 7-days reverse repo rate di 4,75 persen.

Meski demikian, berkurangnya koreksi IHSG kemarin tertolong data ekspor impor November 2016 yang dirilis BPS kemarin. IHSG akhirnya hanya koreksi 8,44 poin (0,16 persen) di 5.254,36.

Nilai ekspor Indonesia November lalu tumbuh 5,91 persen dibandingkan Oktober (mom) dan tumbuh 21,34 persen dibandingkan November 2015 (yoy) mencapai US$ 13,50 miliar. Nilai impor Indonesia November 2016 tumbuh 10 persen dibandingkan Oktober (mom) dan tumbuh 9,88 persen dibandingkan November 2015 (yoy) mencapai US$ 12,66 miliar. "Surplus Neraca Perdagangan Indonesia November 2016 mengecil menjadi US$ 838 juta dibandingkan surplus Oktober yang mencapai US$ 1,23 miliar," ucap David.

Sementara bursa saham global tadi malam berhasil berbalik menguat atau rebound setelah hari sebelumnya dilanda aksi ambil untung. Indeks DJIA dan S&P di Wall Street masing-masing menguat 0,30 persen dan 0,39 persen di 19.852,24 dan 2.262,03. Pasar optimis indeks DJIA akan mencapai level 20.000.

Pasca keputusan The Fed menaikkan bunga, dolar AS tadi malam menguat hingga 1,2 persen terhadap Euro di US$ 1,04 per Euro. Ini merupakan posisi terkuat dolar sejak 2003 lalu. Yield obligasi AS 10 tahun juga melonjak 3,3 persen di 2,61 persen. Seiring penguatan dolar AS, harga emas tadi malam anjlok hampir 3 persen di US$ 1.130,10 per t.oz, merupakan level terendah dalam 10 bulan terakhir.

DESTRIANITA

Berita terkait

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

11 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

Bank Mandiri merespons soal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

13 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Mentah Indonesia Terjun, Suku Bunga Tinggi dan Mobil Listrik Biang Kerok

11 Januari 2024

Harga Minyak Mentah Indonesia Terjun, Suku Bunga Tinggi dan Mobil Listrik Biang Kerok

Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Desember 2023 terjun jadi USD75,51 per barel.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Bos Bank Indonesia Blak-blakan Terus Pertahankan Suku Bunga Acuan

30 November 2023

Bos Bank Indonesia Blak-blakan Terus Pertahankan Suku Bunga Acuan

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan akan mempertahankan suku bunga acuan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Naik Jadi 6 Persen, Cicilan KPR Kapan Ikutan Naik?

24 Oktober 2023

Suku Bunga Naik Jadi 6 Persen, Cicilan KPR Kapan Ikutan Naik?

Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen. Apakah ini akan berdampak ke cicilan KPR?

Baca Selengkapnya

Kenaikan Suku Bunga Bank Indonesia Picu Pelemahan IHSG, Khususnya Sektor Berikut

20 Oktober 2023

Kenaikan Suku Bunga Bank Indonesia Picu Pelemahan IHSG, Khususnya Sektor Berikut

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat pagi masih melemah. Analis mengatakan pelemahan ini dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga Bank Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin menjadi 6 Persen

19 Oktober 2023

Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin menjadi 6 Persen

Bank Indonesia alias BI menaikkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate alias BI7DRR sebensar 25 basis poin menjadi 6 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Prediksi Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga di Level 5,75 Persen

21 September 2023

Ekonom Prediksi Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga di Level 5,75 Persen

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI7DRR di level 5,75 persen. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya