Ekspansi Pakai Utang, Peringkat AKRA Terancam Terkoreksi  

Reporter

Senin, 28 November 2016 15:49 WIB

Ilustrasi bursa saham. REUTERS/Issei Kato

TEMPO.CO, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) hari ini kembali merilis peringkat baru bagi korporasi dan emiten, salah satunya PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).

Menurut analis Pefindo Gifar Sakti, saat ini AKR Corporindo memiliki peringkat idAA- untuk perusahaan dan Obligasi I Tahun 2012 dengan outlook positif. Peringkat tersebut berlaku pada periode 3 Oktober 2016-1 Oktober 2017.

Faktor pendukung peringkat itu berasal dari permintaan yang stabil terhadap bahan bakar minyak di Indonesia. "Selain itu, karena jaringan infrastruktur dan logistik yang ekspansif serta proteksi arus kas dan likuiditas yang kuat," kata Gifar Sakti dalam konferensi pers yang diadakan di Kantor Pefindo, Jakarta Selatan, Senin, 28 November 2016.

Namun karena adanya pemanfaatan utang yang lebih besar untuk ekspansi usaha dapat memicu terkoreksinya outlook perusahaan maupun obligasi AKRA yang saat ini berada pada level positif.

Baca: Buah Lokal Kalah Bersaing dengan Impor, Begini Dalih Pemerintah

Menurut Gifar, pemanfaatan utang yang lebih besar untuk ekspansi akan melemahkan ukuran-ukuran struktur permodalan dan proteksi arus kas. Selain itu, penurunan harga bahan bakar secara signifikan juga akan berdampak negatif pada arus kas dan profitabilitas.

"Outlook direvisi menjadi stabil jika AKRA secara agresif membiayai ekspansi usaha dengan utang dalam jumlah yang lebih besar dari yang diproyeksikan," kata Gifar.

Menurut Gifar, faktor yang membatasi peringkat AKRA terkait dengan risiko pengembangan kawasan industri maupun paparan terhadap risiko penurunan dalam industri pertambangan. Sejauh ini pangsa pasar AKRA di bisnis jasa pengangkutan dan penyimpanan BBM masih terbilang aman, karena tidak ada kompetitor yang memiliki kesiapan infrastruktur. "AKRA satu-satunya perusahaan swasta yang memberikan jasa penyaluran dan penyimpanan BBM yang dipercaya pemerintah," ucapnya.

Simak: Kasus Investasi, Pandawa Kembalikan Dana Paling Lambat 2017

Gifar menambahkan, ada peluang bagi AKRA untuk menaikkan peringkat, yakni jika perseroan mampu mencapai target penjualan lahan di kawasan industri dan mempertahankan manajemen biaya yang efisien. "Selain itu tetap menjaga kebijakan keuangan yang konservatif ditunjukkan dengan rasio utang terhadap EBITDA dua kali lebih rendah."

DESTRIANITA


Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

8 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

13 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

44 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Dinyatakan Gagal Bayar Sebagian, Stafsus Erick Thohir Pastikan Ada Solusi

19 Desember 2023

Obligasi Waskita Karya Dinyatakan Gagal Bayar Sebagian, Stafsus Erick Thohir Pastikan Ada Solusi

Pefindo memberikan peringkat obligasi Waskita Karya secara umum dengan rating idSD atau selective default alias gagal membayar sebagian.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya