TEMPO.CO, Jakarta - Saham-saham Hong Kong ditutup di tingkat terendah dua setengah bulan pada Kamis,3 November 2016 karena kekhawatiran atas pengetatan persaingan pemilihan presiden AS melebihi optimisme hasil survei sektor jasa China yang positif.
Indeks Hang Seng (HSI) turun 0,6 persen menjadi berakhir di 22.683,51 poin, sedangkan indeks CEI (China Enterprises Index) turun 0,4 persen menjadi 9.482,01.
Posisi penutupan indeks Hang Seng adalah yang terendah sejak 11 Agustus, meskipun indeks mendapat dukungan singkat dari sebuah survei swasta yang menunjukkan pertumbuhan sektor jasa China mengalami percepatan pada Oktober.
Semua sektor utama jatuh, dengan saham-saham energi dan teknologi memimpin penurunan.
Para pedagang mengatakan pemilihan presiden AS merupakan risiko terbesar untuk investor dan menekan selera risiko, mendorong uang mengalir ke aset-aset "safe haven" seperti emas.
Jajak pendapat dalam seminggu terakhir telah menyebabkan pasar mempertimbangkan risiko lebih besar bahwa kandidat presiden Republik Donald Trump mungkin mengalahkan rivalnya Hillary Clinton dari Demokrat.
Charles Wang, kepala Appleridge Capital Management Co. yang berbasis di Shenzhen, mengatakan ia memperkirakan pasar Hong Kong menarik dukungan dari investor daratan setelah skema Shenzhen-Hong Kong Stock Connect diluncurkan, demikian Xinhua melaporkan.
ANTARA
Berita terkait
BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
2 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
7 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
39 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun
26 Oktober 2023
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTransaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal
7 Oktober 2023
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.
Baca Selengkapnya