Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat ditutup naik tipis sebesar 0,02 poin menyusul harga minyak mentah dunia yang terkoreksi. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan dan rupiah bergerak melemah menjelang aksi demo besar yang rencananya digelar pada Jumat, 4 November 2016. Kondisi pelemahan ini diprediksi masih akan terus berlanjut hingga beberapa waktu ke depan.
Analis dari Danareksa Sekuritas, Lucky Bayu Purnomo, menuturkan pada dasarnya kondisi IHSG saat ini cenderung tertekan, ditambah oleh isu adanya potensi demo besar itu. Pelemahan serupa terjadi pada rupiah.
"Hal ini mendorong perilaku investor untuk membatasi transaksi dan melakukan transaksi jangka pendek sementara waktu," kata dia saat dihubungi pada Rabu, 4 November 2016.
Belakangan rencana demonstrasi pada 4 November 2016 ramai dibicarakan karena tuntutan pengusutan dugaan penistaan agama yang dilakukan calon Gubernur DKI Jakarta inkumben Basuki Tjahaja Purnama.
Lucky memprediksi IHSG dapat terkoreksi ke level 5.390 dari kisaran normalnya di 5.450. Sedangkan rupiah diperkirakan dapat melemah ke 13.150 dari posisi saat ini di kisaran Rp13.000.
Lucky mengatakan risiko ini merupakan bagian dari country risk atau risiko negara di pasar modalnya. "Demo ini menunjukkan adanya ketidakstabilan kondisi ekonomi, politik, hukum, dan pertahanan," ucapnya.
Aspek-aspek itu, kata Lucky, menjadi perhatian investor dalam melakukan transaksi dan investasi. "Iya, sudah mulai terbaca kekhawatiran investor," katanya.
Sementara itu, di tengah situasi IHSG yang tertekan, menurut Lucky, masih ada sejumlah sektor yang dicermati investor. Ketiga sektor tersebut adalah sektor properti, konstruksi, dan konsumer. "Sebab, sentimen ini masih sentimen jangka pendek, sedangkan sektor ini orientasinya jangka panjang."