Bank Dunia: Risiko Fiskal RI Mereda  

Rabu, 26 Oktober 2016 11:25 WIB

Pengendara sepeda motor melintas di dekat proyek pembangunan Jalan Layang Non-Tol Pluit di Jakarta, 26 Agustus 2016. Jalan layang Non-Tol Pluit tersebut diharapkan dapat mengurai kemacetan di kawasan tersebut. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini ketahanan ekonomi Indonesia mengalami penguatan akibat peningkatan manajemen fiskal. Meski begitu, masih ada risiko eksternal yang mempengaruhi perekonomian negara tetap akibat lemahnya pertumbuhan ekonomi global dan volatilitas di pasar keuangan global.

Hal ini tertulis dalam laporan “Doing Business 2017: Equal Opportunity for All”, yang dikeluarkan Bank Dunia, Rabu, 26 Oktober 2016. Bank Dunia melihat risiko fiskal dalam negeri telah mereda karena adanya penyesuaian pengeluaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 dan 2017 yang lebih terjangkau.

Hal lain yang membantu adalah program pengampunan pajak sehingga mengurangi risiko fiskal. “Di mana pengumpulan pajak dari program ini mencapai 56,6 persen dari target keseluruhan untuk tiga fase,” seperti dikutip dari laporan tersebut.

Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diproyeksikan mencapai 5,1 persen pada 2016 dan 5,3 persen pada 2017. Proyeksi ini tidak berubah dari triwulan edisi Juni. Selain itu, konsumsi swasta diperkirakan tetap menguat dan target pertumbuhannya diproyeksikan mengandalkan investasi swasta yang lebih kuat.

Khusus tingkat kemiskinan Indonesia turun 0,4 poin menjadi 10,9 persen pada kuartal pertama 2016. Penurunan ini merupakan yang terbesar dalam tiga tahun terakhir. Pencapaian penurunan angka kemiskinan, menurut Bank Dunia, disebabkan kebijakan pemerintah memberikan kontribusi untuk menstabilkan harga beras dan perluasan bantuan sosial.

Adapun koefisien gini atau ukuran ketimpangan turun menjadi 1,1 poin menjadi 39,7 persen pada kuartal pertama 2016. “Penurunan ini menjadi penurunan terbesar sejak krisis keuangan Asia pada 1997-1998,” tulis laporan Bank Dunia tersebut.

Hal lain yang mendukung peningkatan pertumbuhan negara adalah sektor pariwisata. Pertumbuhan sektor ini dapat membantu membuka investasi baru, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan ekspor, dan mengelola investasi infrastruktur. Menurut Perjalanan dan Pariwisata World Council, setiap US$ 1 juta dalam perjalanan dan belanja pariwisata mendukung sekitar 200 pekerjaan dan US$ 1,7 juta pada PDB untuk Indonesia.

Dalam triwulan ini juga dibahas mengenai kebijakan pangan, termasuk dampak subsidi pemerintah. Kemudian bagaimana peningkatan kualifikasi guru yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan bagaimana meningkatkan akses terhadap air melalui sanitasi serta layanan kebersihan. Hal inilah yang diperkirakan juga dapat mengurangi angka kemiskinan.

ODELIA SINAGA

Berita terkait

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

2 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

2 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

5 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Menhub Budi Karya Sebut Bandara Panua Pohuwato akan Tingkatkan Perekonomian Gorontalo

7 hari lalu

Menhub Budi Karya Sebut Bandara Panua Pohuwato akan Tingkatkan Perekonomian Gorontalo

Menteri Perhubungan atau Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan Bandara Panua Pohuwato menjadi pintu gerbang untuk mengembangkan perekonomian di Kabupaten Pohuwato dan Provinsi Gorontalo.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

8 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

9 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

13 hari lalu

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?

Baca Selengkapnya

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

14 hari lalu

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal imbas serangan Iran ke Israel terhadap harga minyak dunia. Ia mengatakan pemerintah akan memonitor kondisi selama dua bulan ke depan sebelum membuat keputusan ihwal anggaran subsidi bahan bakar minyak atau BBM.

Baca Selengkapnya

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

15 hari lalu

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi soal imbas serangan Iran ke Palestina terhadap perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya

Menko Perekonomian Airlangga Sebut Bakal Lakukan Antisipasi Imbas Serangan Iran ke Israel

15 hari lalu

Menko Perekonomian Airlangga Sebut Bakal Lakukan Antisipasi Imbas Serangan Iran ke Israel

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bakal melakukan antisipasi imbas serangan Iran ke Israel agar perekonomian tidak terdampak lebih jauh.

Baca Selengkapnya