Margin Produsen Barang Konsumtif Berpotensi Melonjak

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Kamis, 15 September 2016 23:00 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan produsen barang-barang konsumsi diprediksikan mencatatkan raihan margin yang tebal seiring dengan penurunan harga soft commodities.


Analis PT BCA Sekuritas Jennifer Frederika Yapply menuturkan perusahaan konsumer meski memperhatikan biaya untuk menstabilkan nilai tukar dolar dan rupiah supaya raihan margin bisa stabil dan bergerak naik.


Selain itu, pengaruh nilai tukar rupiah, katanya, harga soft commodities juga meski diperhati kan. Adapun soft commodities yang sering digunakan oleh perusahaan konsumer yakni gandum, kakao, kopi, orange juice dan jagung.


“Perusahaan konsumer berkaitan langsung dengan nilai tukar dan harga bahan baku,” tulisnya dalam riset yang dikutip pada Selasa (13 September 2016).


Ketika diperdagangkan, gandum merupakan komoditas yang diimpor dari luar negeri. Jennifer menilai dua hal tersebut akan menjaga margin bisnis perusahaan konsumer.


Advertising
Advertising

Seperti yang dikutip dari riset, pada 2013, penguatan dolar terhadap rupiah berdampak pada berkurangnya margin kotor perusahaan konsumer, lalu pada 2014/2015 raihan margin dibantu oleh harga soft commodities yang melunak sehingga margin kembali stabil.


Dia mengatakan sepanjang 2016, raihan margin perusahaan konsumer akan stabil dan cenderung meningkat saat nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak fluktuatif.


Saat ini, negara penghasil komoditas sedang dihadapkan dengan La Nina. Jennifer menilai La nina tidak akan memberikan kerugian terhadap CPO seperti dampak El Nino. Dia menilai La Nina tidak akan memberikan kerugian, khususnya terhadap CPO seperti gejala El Nino.


Menurutnya, salah satu bahan baku utama untuk barang konsumen yang bergerak cepat (fast-moving consumer goods/ FMCG) yakni CPO yang baik dimakan atau tak bisa dimakan. Saat El Nino terjadi pada 2016, produksi CPO sudah dalam tren menurun.


BISNIS SUSU


Di sisi lain, emiten makanan dan minuman mulai serius meng garap bisnis susu yang sempat diabaikan ditengah lemahnya konsumsi susu. Konsistensi emiten menggenjot penjualan susu akan kunci dalam memanen keuntungan.


Analis PT BCA Sekuritas Jennifer Frederika Yapply menilai bisnis susu telah diabaikan di Indonesia. Menurutnya, perusahaan yang ber gerak di bidang susu PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (ULTJ) perlu menjaga konsistensi untuk menjaga kualitas produk.


Tingkat konsumsi susu di kalangan masyarakat Indonesia pada 2015 diperkirakan masih berkisar pada 12,5 liter per kapita per tahun, sedangkan konsumsi susu perkapita di negara-negara tetangga kita seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand pada tahun 2015 sudah lebih dari 3-4 kali lipat dari Indonesia.


“Kami percaya harga akan meningkat. Namun, kami tidak mengharapkan ada peningkatan harga yang melompat langsung,” tulisnya dalam riset yang dikutip pada Senin (12 September 2016).


Adapun penjualan ULTJ per Juni 2016 mencapai Rp2,29 triliun, tumbuh 5,04% dari posisi Rp2,18 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Raihan laba yang di at ribusikan kepada entitas induk pada paruh pertama tahun ini men capai Rp306,68 miliar, tum buh 33,86% dari posisi Rp229,1 miliar secara year on year.


Manajemen ULTJ menuliskan dalam laporan akhir tahun silam bahwa masih kecilnya konsumsi susu di kalangan masyarakat Indonesia akan diprediksikan akan meningkat pada tahun berikutnya. Alasannya, pembaikan ekonomi serta meningkatkan kelas menengah.


Atas kondisi tersebut, manajemen ULTJ menuliskan bahwa pasar susu-UHT, yang merupakan bagian di dalamnya, akan tumbuh di atas 15% untuk 5 tahun ke depan. Selain Ultrajaya, pemain lain dalam bisnis susu yakni ICBP melalui Indolakto, KLBF dan UNVR


Sementara itu, riset yang diterbitkan oleh PT Panin Sekuritas Tbk baru-baru ini menilai saat raihan mi instan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) tergerus maka perusahaan milik Keluarga Salim itu menggenjot margin dari divisi susu.


Analis Panin Sekuritas I Dewa Agung Trisna menuturkan bahwa peningkatan penjualan ICBP didukung dengan menurunkan harga susu skim.


Adapun peningkatan pendapatan bersih hingga 9,8% secara year on year menjadi Rp18,17 tri liun. Pada paruh kedua tahun ini, ICBP pun berencana untuk menambah kapasitas susu.


Dia menilai susu rasa pisang yang diluncurkan ICBP beredar de ngan harga yang lebih rendah, sehingga divisi susu ICBP me revisi ke atas pertumbuhan susu yakni dari 7%–9% menjadi 11%–13%.



BISNIS

Berita terkait

RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

7 jam lalu

RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

Pemerintah Indonesia bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris Greg Hands MP untuk membahas sejumlah kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

2 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Wamendag ke Mesir Bahas Perjanjian Dagang Bilateral di Tengah Kondisi Ekonomi Global yang Tidak Stabil

3 hari lalu

Wamendag ke Mesir Bahas Perjanjian Dagang Bilateral di Tengah Kondisi Ekonomi Global yang Tidak Stabil

Pemerintah Indonesia terbuka terhadap pemanfaatan transaksi imbal dagang business-to-business (b-to-b).

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

3 hari lalu

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

Menko Airlangga menegaskan Indonesia tengah melakukan deregulasi yang menekankan mekanisme lebih mudah untuk pendaftaran produk susu dan turunannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

3 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

7 hari lalu

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

OIKN bakal mengembangkan sistem transportasi cerdas di IKN.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

8 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

8 hari lalu

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini naik Rp 7.000 ke level Rp 1.326.000 per gram.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Hari Ini Ajek di Level Rp 1.319.000 per Gram

9 hari lalu

Harga Emas Antam Hari Ini Ajek di Level Rp 1.319.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini sama dengan perdagangan hari kemarin, yakni Rp 1.319.000 per gram.

Baca Selengkapnya