Rupiah Terdepresiasi terhadap Empat Mata Uang Asing

Reporter

Kamis, 15 September 2016 21:45 WIB

Ilustrasi mata uang rupiah. REUTERS/Beawiharta

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Sasmito Hadi Wibowo mengatakan rupiah terdepresiasi terhadap empat mata uang negara lain, yaitu dolar Amerika (US$), dolar Australia (AU$), yen Jepang (JPY), dan euro (EUR) pada Agustus 2016.

"Empat mata uang ini yang hampir selalu diperdagangkan di 34 provinsi sehingga dapat dimonitor transaksinya," kata Sasmito di kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, Kamis, 15 September 2016.

Rupiah mengalami depresiasi 1,00 persen terhadap dolar Amerika Serikat pada Agustus 2016. Level terendah rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah terhadap US$ terjadi pada minggu kelima Agustus 2016, mencapai Rp 13.237,81 per US$. "Level terendah kurs tengah terjadi di Kalimantan Utara," ujarnya. Di Kalimantan Utara mencapai Rp 13.368 per US$.

Baca Juga: Begini Nasihat Ciputra Kepada Gibran Jokowi

Untuk dolar Australia, rupiah terdepresiasi 1,59 persen. Level terendah rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah terhadap Aus$ pada minggu keempat Agustus mencapai Rp 10.033,89 per Aus$. Level terendah terjadi di Nusa Tenggara Timur mencapai Rp 10.354 per Aus$.

Rupiah juga terdepresiasi 3,41 persen terhadap yen Jepang. Level terendah rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah terhadap JPY pada minggu ke empat Agustus mencapai Rp 130,74 per JPY. "Untuk provinsi terendah di Maluku Utara, mencapai Rp 132,74 per JPY," katanya.

Simak: Ikut Tax Amnesty, Tommy Soeharto Senyum

Untuk EUR, rupiah terdepresiasi 2,42 persen dengan level terendah rata-rata nasional terhadap euro terjadi pada minggu keempat Agustus, yang mencapai Rp 14.912,91 per EUR. Provinsi terendah adalah di Banten dengan Rp 15.175,67 per EUR.

Menurut Sasmito, provinsi yang mendapat level terendah kurs terjadi karena berbagai faktor. Misal, banyak masyarakat yang akan bekerja sebagai TKI sehingga membutuhkan nilai tukar mata uang asing. Sedangkan daerah yang mengalami pertukaran tertinggi karena membutuhkan banyak transaksi dengan rupiah.

ODELIA SINAGA

Berita terkait

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

1 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

6 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

6 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

7 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

7 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

7 hari lalu

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah bukan hanya karena konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

8 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

8 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

8 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

8 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya