BI Perkirakan Inflasi 2016 Bisa di Bawah 3,5 Persen

Reporter

Rabu, 31 Agustus 2016 00:38 WIB

Wakil Presiden Jusuf Kalla (keempat kiri) berjabat tangan dengan Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad (ketiga kiri) didampingi Gubernur BI Agus Martowardojo (kedua kiri) dan Presiden of ACI FMA Indonesia Branko Windoe (kiri) seusai membuka secara resmi The 55th ACI - Financial Market Association (FMA) World Congress di Jakarta, 29 April 2016. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan inflasi hingga Juli lalu cukup terkendali. Bulan lalu, laju inflasi berada di angka 0,69 persen secara month to month.

Inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada periode Idul Fitri pun, menurut Agus, cukup terkendali, yakni berada di bawah rata-rata inflasi IHK dalam 4 tahun terakhir.
"Inflasi IHK year to date dan tahunan mencapai 1,76 persen dan 3,21 persen. Dengan begitu, secara keseluruhan, pada 2016, inflasi diperkirakan berada dalam rentang 4 plus minus 1 persen. Bahkan, BI memperkirakan, inflasi bisa di bawah 3,5 persen," kata Agus di DPR Jakarta, Selasa, 30 Agustus 2016.

Secara domestik, menurut Agus, tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan relatif terbatas. Meningkatnya permintaan domestik dapat direspons oleh kapasitas produksi. "Secara eksternal, tekanan inflasi terjaga seiring dengan terbatasnya harga-harga komoditas internasional. Sementara itu, tekanan dari sisi nilai tukar cukup terkendali."

Baca Juga: Pengusaha Usulkan Cukai Rokok Ikuti Inflasi

Pada 2017, kata Agus, inflasi akan tetap berada dalam rentang 4 plus minus 1 persen. Hal itu masih sejalan dengan asumsi inflasi dalam rancangan anggaran pendapatan belanja negara 2017, yakni sebesar 4 plus minus 1 persen. "Inflasi inti diperkirakan terjaga dengan ekspektasi yang terjangkar," kata Agus, menjelaskan.

Inflasi volatile food juga cenderung menurun seiring dengan peningkatan produksi bahan makanan dan tata niaga yang lebih baik. "Inflasi administered prices diperkirakan dinamis mengikuti perkembangan harga yang ditetapkan pemerintah. Namun terdapat potensi tekanan inflasi yang perlu diwaspadai," tuturnya.

Sumber utama tekanan terhadap laju inflasi, menurut Agus, adalah kenaikan permintaan domestik serta harga barang dan jasa yang diatur pemerintah. Salah satunya rencana kenaikan tarif listrik 900 VA. "Apabila tarif ini disetujui naik, tentu akan berdampak terhadap inflasi. Kami juga aka antisipasi inflasi volatile food."

Simak: Target Inflasi 4 Persen 2017, BI: Itu Membuat Kami Nyaman

Ihwal upaya menekan inflasi, BI akan membahas penggunaan aplikasi berbasis daring untuk berkoordinasi tentang penekanan inflasi pangan. Aplikasi ini bertujuan untuk mengurangi informasi yang asimetri antara pedagang dan para pelaku di pasar komoditas.

“Kami mencoba menyediakan informasi harga di tingkat produsen agar simetrisnya semakin kecil,” ucap Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juda Agung pada Rabu, 3 Agustus, di gedung Bank Indonesia.

Baca: Anggaran Kemenhub Dipangkas, Ini Reaksi Menteri Budi Sumadi

Menurut Juda, perbedaan harga antardaerah cukup tinggi. Namun masalah utamanya terletak pada informasi harga. BI berusaha menjembatani informasi tiap daerah dengan aplikasi Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS).

ANGELINA ANJAR SAWITRI| ATIKA NUSYA PUTERI

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

5 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

20 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

4 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya