Federal Reserve Pertahankan Suku Bunga

Reporter

Kamis, 28 Juli 2016 07:03 WIB

Federal Reserve. AP Photo/J. Scott Applewhite

TEMPO.CO, Washington - Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat pada Rabu, 27 Juli 2016 mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah. Namun, The Fed menyebutkan kinerja ekonomi membaik menunjukkan kenaikan suku bunga mungkin bisa terjadi tahun ini.

Para pembuat kebijakan belum diperkirakan akan menaikkan suku bunga, karena kekhawatiran bahwa kenaikan bisa menghambat pertumbuhan yang masih rapuh.

Perbaikan pandangan mereka tentang kondisi-kondisi ekonomi, karenanya cenderung menaikkan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga acuan federal fund, sekarang di 0,25-0,50 persen, setelah naik pada Desember.

Mendukung penurunan tajam mengejutkan dalam penciptaan lapangan kerja pada Mei yang telah mengangkat kekhawatiran tentang ekonomi, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), yang menetapkan kebijakan moneter, mengatakan lapangan kerja dan ekonomi telah tumbuh moderat sejak pertemuan mereka pertengahan Juni.

Mereka juga tampak melihat sedikit ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi AS dari keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa, yang berlangsung seminggu setelah pertemuan FOMC pada Juni.

"Risiko-risiko jangka pendek terhadap prospek ekonomi telah berkurang," kata FOMC ketika mengumumkan hasil pertemuan dua hari yang diawasi ketat di Washington.

Tingkat inflasi hawks dan doves telah berpisah pada Juni tentang seberapa kuat ekonomi, dan sepakat untuk menunda kenaikkan suku bunga sampai situasi menjadi lebih jelas.

"Dove" umumnya lebih mendukung kebijakan moneter ekspansif, termasuk suku bunga rendah, sementara "hawks" cenderung memilih kebijakan moneter ketat .

The Fed telah berulang kali mengatakan ingin melihat peningkatan pertumbuhan lapangan pekerjaan dan tanda-tanda inflasi kuat sebelum menaikkan suku bunga.

Sementara pernyataan Rabu mengutip kenaikan moderat dalam pertumbuhan lapangan kerja, Fed mengatakan inflasi diperkirakan tetap rendah dalam jangka pendek.

Seperti yang ditemukan pada Juni, komite mengatakan belanja rumah tangga "tumbuh dengan kuat" sementara investasi tetap dari bisnis tetap "lemah".

Namun dari pertemuan terakhirnya, komite mencatat bahwa data gaji (payroll) dan pasar tenaga kerja lainnya "menunjukkan beberapa peningkatan dalam penggunaan tenaga kerja dalam beberapa bulan terakhir."

Tim Duy, Direktur Senior di Oregon Economics Forum, mengatakan kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC berikutnya pada September tidak bisa dikesampingkan. "Tapi tampaknya lebih mungkin bahwa jumlah minimum data untuk kenaikan suku bunga tidak akan tiba sampai Desember," kata Duy kepada AFP.

Setelah pernyataan itu, fed fund berjangka yang diperdagangkan di CME, semacam jajak pendapat taruhan yang menunjukkan harapan investor, tersirat 46,5 persen probabilitas bahwa komite akan meningkatkan suku bunga sebelum akhir tahun ini, dengan keseimbangan yang lebih besar mengharapkan suku bunga tetap tak berubah sampai Desember.

Hasil penelitian menunjukkan para investor mengharapkan Fed menghasilkan sebuah pernyataan lebih optimis daripada yang dirilis pada Rabu, 27 Juli 2016.

Steven Ricchiuto, Kepala Ekonom Mizuho Securities Amerika Serikat, mengatakan pertumbuhan lapangan pekerjaan berlanjut bisa menyentuh keseimbangan dalam mendukung kenaikan suku bunga, terutama mengingat bahwa komite percaya ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi sekarang lebih rendah.

"Hal ini menunjukkan bahwa hitung mundur untuk kenaikan suku bunga pada September/Desember akan dimulai dengan sungguh-sungguh jika kita mendapatkan laporan lapangan pekerjaan yang kuat lagi untuk Juli pada 5 Agustus," kata Ricchiuto.

Joel Naroff dari Naroff Economic Advisors mengatakan Fed tampak terbelah antara optimisme dan rasa takut.

"Satu hal kelompok ini telah konsisten tentang pendekatan analisis ekonominya one-meeting-the-sky-is-falling, the-next-meeting-the-sun-is-coming-out," katanya. "Ini adalah pertemuan ekonomi baik yang datang setelah pertemuan ekonomi mengkhawatirkan."

Adapun Brexit, Naroff mengatakan, "para anggota tampaknya telah mengatakan tidak apa-apa dan menjatuhkan isu-isu itu ke dalam faktor-faktor yang mereka sedang pantau."

Setelah pengumuman Rabu, dolar sedikit melemah terhadap euro pada 1,1049 dolar AS.

Imbal hasil obligasi juga sedikit lebih rendah. Obligasi 10 tahun AS diperdagangkan pada 1,51 persen, turun dari 1,54 sebelum pengumuman FOMC.

Indeks S&P 500, ukuran berbasis luas dari harga saham, mengurangi kerugiannya setelah laporan itu dirilis dan berakhir turun 0,1 persen pada 2.166,58. Demikian laporan AFP.

ANTARA

Berita terkait

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

2 jam lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

5 jam lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

15 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

4 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

4 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

4 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

5 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

5 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya