Antisipasi Dampak Brexit, Ini Yang Dilakukan Bank Indonesia

Reporter

Jumat, 24 Juni 2016 15:33 WIB

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo memberikan sambutan dalam acara pertemuan tahunan Bank Indonesia di Jakarta, 24 November 2015. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan melakukan langkah antisipasi dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau British Exit (Brexit) terhadap perekonomian nasional. Secara umum, kondisi perekonomian Indonesia saat ini dalam posisi baik atau tidak mengkhawatirkan.

Terbukti, kondisi inflasi masih terjaga. Berdasarkan hasil survei minggu ketiga BI, inflasi bulan Juni diprediksi berada di kisaran 0,56 persen. Defisit transaksi berjalan (CAD) juga masih aman di kisaran 2,2 persen,

"Kita akan terus jaga, kita bisa menghadapi ini sehingga tidak berdampak buruk ke perekonomian Indonesia," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo, di Kompleks Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta, Jumat, 24 Juni 2016.

Seperti diketahui, Inggris memilih keluar dari Uni Eropa setelah 43 tahun dengan perbandingan jumlah suara 52 persen dan 48 persen hari ini. Dampak dari keputusan tersebut sempat membuat ekonomi dunia bergejolak, tak terkecuali Indonesia.

Agus berujar saat ini cukup banyak mata uang negara-negara di dunia yang tertekan akibat Brexit.
Nilai poundsterling anjlok 10-11 persen atau yang terendah selama 30 tahun terakhir. Volatilitas poundsterling juga terus meningkat, mengindikasikan adanya tekanan. Nilai tukar euro juga mengalami penurunan, sekitar 1-2 persen. Sedangkan, nilai tukar rupiah turun sekitar 1 persen, hari ini.

Baca Juga: Menteri Darmin Bicara Brexit: Bisa 2-3 Hari Goyang-goyang

Selanjutnya, akan terjadi periode risk off sesudah adanya kepastian Brexit. "Jadi dana-dana yang ada di dunia bergerak menuju negara-negara yang diyakini aman," ujar Agus. Amerika Serikat (AS) dan Jepang kata dia menjadi negara tujuan aliran dana tersebut.

Namun, Agus mengatakan kondisi ini merupakan implikasi yang bersifat jangka pendek. Terbukti, berdasarkan data inflow atau aliran dana modal yang masuk hingga pekan lalu berjumlah sekitar Rp 70 triliun (netto). "Sedangkan tahun lalu sekitar Rp 30 an triliun, ini menunjukkan inflow ke Indonesia masih besar."

Agus tak menampik keputusan Inggris tersebut cukup mengejutkan negara-negara di dunia. Berdasaekan kajian BI dampak jangka panjang keputusan tersebut adalah memungkinkan pelemahan ekonomi Inggris hingga 7 persen di 2030 mendatang.

Simak: PDIP Tolak Tambahan Modal bagi BUMN, tapi...

Sedangkan, implikasi jangka pendek terhadap Indonesia kata Agus tak terlalu berpengaruh. Sebab, hubungan perdagangan Indonesia dan Inggris juga tidak terlalu besar dalam posisi ekspor dan impor.

Agus menambahkan BI akan terus mengikuti rangkaian proses sesudah keputusan Brexit tersebut. Setelahnya akan ada proses negosiasi. "Pada saat negosiasi itu akan dibicarakan tentang bagaimana tarif, migrasi, non tarif barrier, dan nanti implikasinya biasanya jangka panjang." Waktu negosiasi yang dibutuhkan kata Agus kurang lebih sekitar 2 tahun.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

5 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

7 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

20 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

3 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya