(ki-ka) Gubernur Jawa Timur, Soekarwo berbincang dengan Menteri Perdagangan Thomas Tri Kasih Lembong, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dan MenPANRB Yudhi Chrisnandi saat menghadiri ekspor perdana gerbong kereta api penumpang buatan PT. INKA ke Bangladesh di Terminal Jamrud Utara, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur 31 Maret 2016. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan nilai neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2016 mengalami surplus. Hal ini dipicu oleh surplus di sektor non-migas yang cukup besar meski di sektor migas mengalami defisit.
"Surplus US$ 375,6 juta, disebabkan oleh surplus sektor non-migas US$ 1.086,3 juta. Namun sektor migas defisit US$ 710,7 juta," kata Suryamin saat ditemui di kantor BPS, Jakarta Pusat, Rabu, 15 Juni 2016.
Dari sisi volume perdagangan Mei 2016, neraca volume perdagangan mengalami surplus 26.953,8 ton. Hal itu didorong oleh surplusnya neraca volume perdagangan non-migas 26.591,2 ton meski sektor migas mengalami defisit 637,4 ton.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan surplus pada neraca perdagangan kali ini terjadi di luar ekspektasi karena pihaknya memprediksi akan ada defisit dalam neraca perdagangan Indonesia.
Sasmito menambahkan, kenaikan impor relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan ekspor. Namun, karena ekspor sebelumnya relatif lebih tinggi, belum terjadi defisit. Ia menuturkan, biasanya bulan-bulan ini terjadi defisit, tapi Mei sudah surplus. "Terutama surplus di batu bara."
Diketahui neraca ekspor pada Mei 2016 sebesar US$ 11,51 miliar, masih lebih besar dibanding neraca impor Mei 2016 sebesar Rp 11,14 miliar. Neraca perdagangan Januari-Mei 2016 juga mengalami surplus sebesar US$ 2,70 miliar.