Minim Bahan Baku, Pembatik Pewarna Alam Kesulitan Hadapi MEA

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Kamis, 12 Mei 2016 22:13 WIB

Batik pewarna alam di Kecamatan Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. TEMPO/Shinta Maharani

TEMPO.CO, Yogyakarta - Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi peluang bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk berkompetisi mengembangkan produk batik dengan pewarna alam. Harga batik dengan pewarna alam dibanderol mulai Rp 150 ribu hingga Rp 10 juta.

“Masalahnya bahan baku pewarna alam di Daerah Istimewa Yogyakarta kurang mencukupi,” ujar Hendri Suprapto, Ketua Warna Alam Indonesia, komunitas perajin pewarna alam pada acara Organic, Green, and Healthy Expo di Ndalem Tejokusuman Yogyakarta, Kamis, 12 Mei 2016.

Hendri mengatakan, MEA akan mendorong perajin batik untuk beralih ke pewarna alam. “Semua kalangan perlu menangkap peluang itu. Satu di antaranya perlu dukungan dari pemerintah,” katanya.

Di Yogyakarta, belum ada budi daya tanaman untuk pewarna alam batik, misalnya kulit jolawe, yang banyak didatangkan dari Jawa Timur. Di Yogyakarta, rata-rata perajin batik pewarna alam banyak menggunakan tanaman indigofera. “Persediaan bahan baku pewarna alam kurang. Perajin belum siap memenuhi kebutuhan MEA,” ucap Hendri.

Dia menyatakan turis banyak meminati batik pewarna alam yang lebih aman dari pewarna zat kimia. “Zat kimia berbahaya karena menyebabkan kanker. Sejak 1995, zat kimia dilarang melalui konferensi di Jenewa,” kata Hendri. Pesanan Batik Natural Colour miliknya banyak datang dari Jepang, Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat. Mereka memesan batik pewarna alam sesuai dengan desain yang diinginkan. “Omzet per bulan mencapai Rp 20 juta,” ujar Hendri.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

5 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

7 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

8 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

10 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

11 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

35 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

37 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

47 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

52 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

54 hari lalu

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya