BPK Temukan Kekurangan Penerimaan Negara dari Pajak Rp 1,15 Triliun

Reporter

Selasa, 12 April 2016 18:25 WIB

Ketua BPK Harry Azhar Azis bersalam dengan Ketua KPK Agus Raharjo didamping pimpinan KPK saat bertemu di Gedung BPK, Jakarta, 13 Januari 2016. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Harry Azhar Azis mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan BPK dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2015, terdapat kekurangan penerimaan negara yang berasal dari sektor pajak senilai Rp 1,15 triliun. Hal itu diungkapkannya dalam rapat paripurna bersama Dewan Perwakilan Rakyat hari ini.

Menurut Harry, kekurangan penerimaan negara dari Pajak Pertambahan Nilai, cukai, pajak rokok, dan denda administrasi senilai Rp 843,8 miliar. "Dari Pajak Bumi dan Bangunan pertambangan sektor minerba dan PBB Tubuh Bumi sebesar Rp 308,4 miliar," tutur Harry di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 12 April 2016.

Selain itu, Harry mengatakan, hasil pemeriksaan BPK atas perhitungan bagi hasil minyak dan gas bumi pada SKK Migas menunjukkan adanya biaya-biaya yang tidak semestinya. Menurut dia, biaya itu dibebankan dalam cost recovery pada tujuh wilayah kerja Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) senilai Rp 4 triliun.

Menurut hasil pemeriksaan BPK terhadap BUMN dan badan lainnya, kata Harry, terdapat temuan yang menunjukkan mekanisme inspeksi kapal PT Pertamina Trans Kontinental belum diimplementasikan secara maksimal. "Belum sesuai dengan standar khusus best practice bidang migas serta tidak memenuhi kualitas standar keselamatan umum," ujarnya.

Hal itu, menurut Harry, dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kapal. Perusahaan tersebut juga bisa tidak mendapatkan kontrak karena tidak memenuhi kualitas standar keselamatan umum yang berlaku bagi perusahaan minyak.

Dalam rapat paripurna itu, Harry juga menyatakan pengelolaan dana otonomi khusus atas delapan pemerintah daerah di Papua dan Papua Barat belum sepenuhnya memiliki perencanaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah serta Rencana Tata Ruang Wilayah.

Regulasi dan kebijakan pemerintah Provinsi Papua Barat, menurut Harry, belum sepenuhnya mendukung pelaksanaan otonomi khusus dan percepatan pembangunan. "Kebijakan penganggaran juga belum didukung dengan rencana definitif dari masing-masing Satuan Kerja Pemerintah Daerah," ujar Harry.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Anggota Dewan Sebut Program Rice Cooker Gratis Kementerian ESDM Abal-abal, Harus Diaudit BPK

34 hari lalu

Anggota Dewan Sebut Program Rice Cooker Gratis Kementerian ESDM Abal-abal, Harus Diaudit BPK

Program rice cooker gratis merupakan proyek hibah untuk rumah tangga yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2023.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Maksud PUPR Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, Kereta Ekonomi Generasi Baru

37 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Maksud PUPR Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, Kereta Ekonomi Generasi Baru

Berita terpopuler ekonomi bisnis sepanjang Jumat, 22 Maret 2024 yakni maksud PUPR sebut pembangunan IKN gerudukan dan was-was diperiksa BPK.

Baca Selengkapnya

Terkini: Prabowo Pernah Janji Bangun 3 Juta Rumah Gratis untuk Masyarakat, BPK Sudah Mengaudit Proyek Gerudukan IKN Sejak 2022

38 hari lalu

Terkini: Prabowo Pernah Janji Bangun 3 Juta Rumah Gratis untuk Masyarakat, BPK Sudah Mengaudit Proyek Gerudukan IKN Sejak 2022

KPU menyatakan pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) unggul dalam Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

BPK Sudah Mengaudit Proyek Gerudukan IKN sejak 2022, Ini Hasilnya

38 hari lalu

BPK Sudah Mengaudit Proyek Gerudukan IKN sejak 2022, Ini Hasilnya

Pembangunan IKN di Kalimantan Timur yang dilakukan besar-besaran dan berkejaran dengan waktu,

Baca Selengkapnya

Terkini: PUPR Sebut Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, KFC dan Burger King hingga Popeyes Tebar Promo Paket Berbuka Puasa

38 hari lalu

Terkini: PUPR Sebut Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, KFC dan Burger King hingga Popeyes Tebar Promo Paket Berbuka Puasa

Direktur Bina Penataan Bangunan Kementerian PUPR Cakra Nagara mengatakan pembangunan IKN dilakukan gerudukan dan khawatir dengan pemeriksaan BPK.

Baca Selengkapnya

Pembangunan Infrastruktur di IKN Telan Biaya Rp 68 Triliun, PUPR Mengaku Was-was dengan Audit BPK

38 hari lalu

Pembangunan Infrastruktur di IKN Telan Biaya Rp 68 Triliun, PUPR Mengaku Was-was dengan Audit BPK

Kementerian PUPR mengaku was-was dengan audit Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) soal pembangungan Ibu Kota Nusantara atau IKN.

Baca Selengkapnya

PUPR Sebut Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, Apa Maksudnya?

38 hari lalu

PUPR Sebut Pembangunan IKN Gerudukan dan Was-was Diperiksa BPK, Apa Maksudnya?

Direktur Bina Penataan Bangunan, PUPR, mengatakan pembangunan IKN dilakukan secara gerudukan dan khawatir dengan pemeriksaan BPK.

Baca Selengkapnya

Kasus Suap Audit di Sorong, KPK Limpahkan Berkas Perkara Tiga Pejabat BPK ke Pengadilan Tipikor

39 hari lalu

Kasus Suap Audit di Sorong, KPK Limpahkan Berkas Perkara Tiga Pejabat BPK ke Pengadilan Tipikor

KPK telah melimpahkan berkas perkara tiga pejabat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Provinsi Papua Barat selaku penerima suap

Baca Selengkapnya

Menteri Sri Mulyani Laporkan Dugaan Korupsi Rp2,5 T di LPEI ke Jaksa Agung, Lembaga Apa Itu?

42 hari lalu

Menteri Sri Mulyani Laporkan Dugaan Korupsi Rp2,5 T di LPEI ke Jaksa Agung, Lembaga Apa Itu?

Menkeu Sri Mulyani menyerahkan laporan dugaan tindak pidana korupsi senilai Rp 2,5 triliun terkait penggunaan dana pada LPEI ke Jaksa Agung.

Baca Selengkapnya

Anggota BPK Nonaktif Achsanul Qosasi Didakwa Terima Suap Rp 40 Miliar Korupsi BTS, Siapa Nama Lain Pernah Disebut?

52 hari lalu

Anggota BPK Nonaktif Achsanul Qosasi Didakwa Terima Suap Rp 40 Miliar Korupsi BTS, Siapa Nama Lain Pernah Disebut?

Selain anggota III BPK nonaktif Achsanul Qosasi yang sudah menjadi terdakwa, terdapat beberapa nama pernah terseret korupsi BTS. Siapa mereka?

Baca Selengkapnya