Saham Dunia Anjlok Terseret Merosotnya Harga Minyak

Reporter

Jumat, 25 Maret 2016 16:38 WIB

AP/Richard Drew

TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham meluncur turun di seluruh dunia pada Kamis (Jumat dinihari WIB, 25 Maret 2016), menyusul kemerosotan baru dalam harga minyak. "Kepercayaan konsumen di Jerman mulai merasakan tekanan dari risiko-risiko ekonomi global dan gambaran ritel buruk di Inggris menambah sentimen suram," kata para pedagang.

Pada Rabu lalu saham-saham maskapai penerbangan dan perjalanan wisata sebenarnya berbalik naik atau rebound setelah sebelumnya anjlog akibat serangan bom di Brussel. Namun menjelang libur Paskah saham di pasar-pasar Eropa kembali turun. Terutama saham-saham pertamabangan karena penurunan harga logam. "Pasar Eropa bereaksi terhadap penurunan terbaru harga minyak yang berlanjut hari ini," kata pialang Aurel BGC.

Para investor juga membatalkan posisi mereka menjelang libur akhir pekan empat hari. Pada penutupan, indeks acuan FTSE 100 di London turun 1,5 persen, Indeks DAX 30 di Frankfurt 30 turun 1,7 persen, dan indeks CAC 40 di Paris turun 2,1 persen.

Pada saat yang sama di Wall Street, Dow Jones diperdagangkan 0,5 persen lebih rendah, karena para pedagang mengutip harga minyak yang lemah, dolar yang kuat dan angka pesanan barang tahan lama terbaru AS sebagai faktor-faktor penurunan.

Dalam valuta asing, euro turun terhadap dolar. "Dolar terus menguat dan ini tetap menjadi salah satu alasan utama komoditas-komoditas berada di bawah tekanan," kata Brenda Kelly, analis di pedagang London Capital Group.

Di London, harga saham kelompok pertambangan Anglo American dan Rio Tinto turun tajam, dan perusahaan minyak juga turun.

"Komoditas-komoditas yang dihargakan dalam mata uang greenback jatuh, menarik sektor-sektor minyak dan sumber daya dasar di pasar saham turun karena mereka," kata analis CMC Markets Jasper Lawler.

Keadaan yang sama di Asia, setelah harga minyak mentah anjlok di tengah berita bahwa stok komersial AS melonjak 9,36 juta barel pada pekan lalu, lebih dari tiga kali jumlah yang diperkirakan oleh para analis.

Petunjuk AS dapat menaikkan suku bunganya pada bulan depan sementara mendorong dolar lebih tinggi, menumpuk tekanan pada komoditas dan mengirim indeks acuan saham Sydney yang kaya sumber daya jatuh 1,1 persen.

Sebuah penguatan greenback membuat itu lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya untuk membeli komoditas yang dihargakan dalam dolar, dan bahan baku dari bijih besi hingga emas terpukul.

Di tempat lain di Asia, indeks saham utama Shanghai merosot 1,6 persen, Hong Kong turun 1,3 persen dan Tokyo turun 0,6 persen.

Kembali di Eropa, perusahaan riset pasar GfK mengatakan bahwa optimisme di kalangan konsumen Jerman memudar bulan ini. "Ini tidak mungkin bahwa lemahnya permintaan untuk barang-barang Jerman di sejumlah negara-negara penting tidak akan memiliki efek pada pertumbuhan ekonomi Jerman," tambahnya dalam sebuah pernyataan.

Di Inggris, peritel fashion Next memperingatkan bahwa 2016 ditetapkan menjadi tahun terberat sejak krisis keuangan global, membuat harga sahamnya merosot 11,5 persen mendekati tengah hari.

Sementara itu data resmi menunjukkan bahwa penjualan ritel Inggris turun lebih baik dari perkiraan 0,4 persen pada bulan lalu dibanding Januari, demikian AFP melaporkan.


ANTARA

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

7 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

39 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

7 Oktober 2023

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya