Produksi Batu Bara dan Baja Cina Merosot

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Senin, 14 Maret 2016 21:54 WIB

Seorang warga mengumpulkan batu bara di tembang batu bara Sun Meng di provinsi Heilongjiang, Cina, 23 Oktober 2015. Sebanyak 248.000 orang diberhentikan akibat lambatnya perekonomian di Cina yang berdampak besar pada perkerja batu bara. REUTERS/Jason Lee

TEMPO.CO, Jakarta - Produksi komoditas andalan Cina seperti batu bara dan baja terus menyusut sepanjang dua bulan pertama 2016 di tengah berlebihnya pasokan global serta merosotnya harga.

Pada penutupan perdagangan Jumat (11 Maret 2016) harga batu bara di bursa Rotterdam untuk kontrak Maret 2016 terkoreksi 0,15 poin menjadi US$46,4 per ton.

Data aktivitas perekonomian Cina yang masih melambat juga memukul belanja modal industri pertambangan. Oleh karena itu, pelaku usaha berharap pemerintah mampu berbuat banyak perihal regulasi untuk mengatasi berbagai tekanan dari internal dan eksternal.

Dalam gelaran National People's Congress yang berlangsung pekan lalu, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi Negeri Panda dari 6,5% menjadi 7% pada 2016.

ANZ Research dalam laporannya menyatakan, National People's Congress menjadi berita positif bagi pasar komoditas dengan merangsang permintaan domestik dan menguraikan reformasi kebijakan. Namun, dukungan kebijakan baru tidak akan terlalu berpengaruh bagi sektor bijih besi dan baja.

Data dari National Bureau of Statistics of Cina (Biro Statistik Nasional Cina) menunjukkan produksi baja mentah periode Januari-Februari 2016 jatuh 5,7% secara year-on-year/ yoy menjadi 121,1 juta ton. Sentimen tersebut juga didorong oleh anjloknya penambangan batu bara matang sebagai bahan utama pembuatan baja.

Cina menyumbang hampir setengah pasokan baja dunia, tetapi pabrik dalam negeri sedang mengalami tekanan berat dan berencana memangkas produksi akibat melemahnya permintaan. Tahun lalu, tingkat produksi turun pertama kalinya sejak 1981.

Chairman Hunan Valin Iron and Steel Group Cao Huiquan berpendapat permintaan baja sebenarnya masih stabil. Namun, belum ada pertanda penyerapan bakal naik secara signifikan.

World Steel Association (Asosiasi Baja Dunia) mencatat produksi baja mentah dari 66 negara pada Januari 2016 turun 7,1% secara yoy menjadi 128 juta ton. Negeri Tembok Raksasa memimpin pelemahan produksi sebesar 7,8% secara tahunan menuju level 63,2 juta ton.

Biro Statistik Nasional Cina juga menyebutkan, dalam dua bulan pertama 2016 produksi batu bara mentah juga turun 6,4% secara yoy menjadi 513 juta ton. Selain permintaan yang lesu, kampanye pemerintah soal penggunaan energi bersih menjegal penyerapan pasar.


BISNIS.COM

Berita terkait

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

2 hari lalu

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

Brigadir RA ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala di dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang.

Baca Selengkapnya

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma Divonis Bebas oleh PN Palembang, Ini Jejak Kasusnya

26 hari lalu

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma Divonis Bebas oleh PN Palembang, Ini Jejak Kasusnya

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk periode 2011-2016 Milawarman divonis bebas dalam kasus dugaan korupsi akuisisi saham milik PT Satria Bahana Sarana (SBS).

Baca Selengkapnya

Bahlil Akan Bagikan Ribuan Izin Tambang ke Ormas, Pusesda: Hanya Akan Berakhir pada Jual-Beli IUP

40 hari lalu

Bahlil Akan Bagikan Ribuan Izin Tambang ke Ormas, Pusesda: Hanya Akan Berakhir pada Jual-Beli IUP

Pusat Studi Ekonomi dan Sumber Daya Alam (Pusesda) menolak rencana Bahlil membagikan izin usaha pertambangan (IUP) ke organisasi kemasyarakatan.

Baca Selengkapnya

Menteri ESDM Sebut Bahlil Cabut 2.051 Izin Tambang

41 hari lalu

Menteri ESDM Sebut Bahlil Cabut 2.051 Izin Tambang

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia sudah mencabut 2.051 Izin Usaha Pertambangan (IUP) sejak 2022.

Baca Selengkapnya

Neraca Dagang Indonesia-Vietnam 2023 Surplus, Ditopang Ekspor Batu Bara

50 hari lalu

Neraca Dagang Indonesia-Vietnam 2023 Surplus, Ditopang Ekspor Batu Bara

Neraca dagang antara Indonesia dan Vietnam mencapai USD 12,84 Miliar sepanjang 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Luhut Sebut Simbara Kerek Penerimaan Pajak dan Royalti Batu Bara

52 hari lalu

Luhut Sebut Simbara Kerek Penerimaan Pajak dan Royalti Batu Bara

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Simbara menaikan penerimaan pajak batu bara.

Baca Selengkapnya

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

29 Februari 2024

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) menunggu perangkat peraturan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Baca Selengkapnya

Tekstil Hingga Perikanan Diprediksi Terdampak Resesi Jepang, Batu Bara dan Nikel Waspada

19 Februari 2024

Tekstil Hingga Perikanan Diprediksi Terdampak Resesi Jepang, Batu Bara dan Nikel Waspada

Ekonom Indef menyebut sejumlah sektor bakal terdampak oleh resesi yang melanda Jepang, tujuan ekspor terbesar keempat Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nilai Ekspor Batu Bara RI Lesu, Turun US$ 590,1 Juta: Terbesar ke Cina dan India

16 Februari 2024

Nilai Ekspor Batu Bara RI Lesu, Turun US$ 590,1 Juta: Terbesar ke Cina dan India

Sepanjang Januari 2024, nilai ekspor batu bara tercatat US$ 2,41 miliar, turun dari bulan sebelumnya US$ 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Selain Nonton Dirty Vote, Tonton Juga Sexy Killers yang Rilis Sebelum Pemilu 2019

12 Februari 2024

Selain Nonton Dirty Vote, Tonton Juga Sexy Killers yang Rilis Sebelum Pemilu 2019

Sebelum Dirty Vote, Dandhy Laksono Lebih Dahulu menggarap Sexy Killers yang tayang ketika masa tenang Pemilu 2019. Dengan kisah berbeda, Sexy Killers lebih membahas persoalan lingkungan di Indonesia.

Baca Selengkapnya