TEMPO.CO, Jakarta - Produksi komoditas andalan Cina seperti batu bara dan baja terus menyusut sepanjang dua bulan pertama 2016 di tengah berlebihnya pasokan global serta merosotnya harga.
Pada penutupan perdagangan Jumat (11 Maret 2016) harga batu bara di bursa Rotterdam untuk kontrak Maret 2016 terkoreksi 0,15 poin menjadi US$46,4 per ton.
Data aktivitas perekonomian Cina yang masih melambat juga memukul belanja modal industri pertambangan. Oleh karena itu, pelaku usaha berharap pemerintah mampu berbuat banyak perihal regulasi untuk mengatasi berbagai tekanan dari internal dan eksternal.
Dalam gelaran National People's Congress yang berlangsung pekan lalu, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi Negeri Panda dari 6,5% menjadi 7% pada 2016.
ANZ Research dalam laporannya menyatakan, National People's Congress menjadi berita positif bagi pasar komoditas dengan merangsang permintaan domestik dan menguraikan reformasi kebijakan. Namun, dukungan kebijakan baru tidak akan terlalu berpengaruh bagi sektor bijih besi dan baja.
Data dari National Bureau of Statistics of Cina (Biro Statistik Nasional Cina) menunjukkan produksi baja mentah periode Januari-Februari 2016 jatuh 5,7% secara year-on-year/ yoy menjadi 121,1 juta ton. Sentimen tersebut juga didorong oleh anjloknya penambangan batu bara matang sebagai bahan utama pembuatan baja.
Cina menyumbang hampir setengah pasokan baja dunia, tetapi pabrik dalam negeri sedang mengalami tekanan berat dan berencana memangkas produksi akibat melemahnya permintaan. Tahun lalu, tingkat produksi turun pertama kalinya sejak 1981.
Chairman Hunan Valin Iron and Steel Group Cao Huiquan berpendapat permintaan baja sebenarnya masih stabil. Namun, belum ada pertanda penyerapan bakal naik secara signifikan.
World Steel Association (Asosiasi Baja Dunia) mencatat produksi baja mentah dari 66 negara pada Januari 2016 turun 7,1% secara yoy menjadi 128 juta ton. Negeri Tembok Raksasa memimpin pelemahan produksi sebesar 7,8% secara tahunan menuju level 63,2 juta ton.
Biro Statistik Nasional Cina juga menyebutkan, dalam dua bulan pertama 2016 produksi batu bara mentah juga turun 6,4% secara yoy menjadi 513 juta ton. Selain permintaan yang lesu, kampanye pemerintah soal penggunaan energi bersih menjegal penyerapan pasar.
Berita terkait
Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara
2 hari lalu
Brigadir RA ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala di dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang.
Baca SelengkapnyaEks Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma Divonis Bebas oleh PN Palembang, Ini Jejak Kasusnya
26 hari lalu
Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk periode 2011-2016 Milawarman divonis bebas dalam kasus dugaan korupsi akuisisi saham milik PT Satria Bahana Sarana (SBS).
Baca SelengkapnyaBahlil Akan Bagikan Ribuan Izin Tambang ke Ormas, Pusesda: Hanya Akan Berakhir pada Jual-Beli IUP
40 hari lalu
Pusat Studi Ekonomi dan Sumber Daya Alam (Pusesda) menolak rencana Bahlil membagikan izin usaha pertambangan (IUP) ke organisasi kemasyarakatan.
Baca SelengkapnyaMenteri ESDM Sebut Bahlil Cabut 2.051 Izin Tambang
41 hari lalu
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia sudah mencabut 2.051 Izin Usaha Pertambangan (IUP) sejak 2022.
Baca SelengkapnyaNeraca Dagang Indonesia-Vietnam 2023 Surplus, Ditopang Ekspor Batu Bara
50 hari lalu
Neraca dagang antara Indonesia dan Vietnam mencapai USD 12,84 Miliar sepanjang 2024 lalu.
Baca SelengkapnyaLuhut Sebut Simbara Kerek Penerimaan Pajak dan Royalti Batu Bara
52 hari lalu
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Simbara menaikan penerimaan pajak batu bara.
Baca SelengkapnyaSekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara
29 Februari 2024
Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) menunggu perangkat peraturan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Baca SelengkapnyaTekstil Hingga Perikanan Diprediksi Terdampak Resesi Jepang, Batu Bara dan Nikel Waspada
19 Februari 2024
Ekonom Indef menyebut sejumlah sektor bakal terdampak oleh resesi yang melanda Jepang, tujuan ekspor terbesar keempat Indonesia.
Baca SelengkapnyaNilai Ekspor Batu Bara RI Lesu, Turun US$ 590,1 Juta: Terbesar ke Cina dan India
16 Februari 2024
Sepanjang Januari 2024, nilai ekspor batu bara tercatat US$ 2,41 miliar, turun dari bulan sebelumnya US$ 3 miliar.
Baca SelengkapnyaSelain Nonton Dirty Vote, Tonton Juga Sexy Killers yang Rilis Sebelum Pemilu 2019
12 Februari 2024
Sebelum Dirty Vote, Dandhy Laksono Lebih Dahulu menggarap Sexy Killers yang tayang ketika masa tenang Pemilu 2019. Dengan kisah berbeda, Sexy Killers lebih membahas persoalan lingkungan di Indonesia.
Baca Selengkapnya