Ini Alasan Pemerintah Ingin Bunga Bank Turun

Reporter

Jumat, 11 Maret 2016 00:49 WIB

Lembaga Penjamin Simpanan

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan Fauzi Ichsan mengatakan pemerintah menginginkan sektor riil tumbuh lebih pesat. Pertumbuhan sektor rill bisa meningkat apabila suku bunga turun.

"Selain itu, sektor riil bisa tumbuh lebih pesat jika nett interest margin (NIM) perbankan bisa diciutkan," ujar Fauzi seusai rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis, 10 Maret 2016.

Menurut Fauzi, arah suku bunga saat ini sudah jelas. Hingga kini, tren suku bunga terus menurun pasca-penurunan BI Rate. "Dengan kemungkinan bahwa bank sentral dunia tidak akan menaikkan suku bunganya secara agresif, otomatis ruang bagi kelonggaran kebijakan moneter ada," katanya.

Fauzi berujar itulah yang diinginkan pemerintah untuk dikoordinasikan dengan BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal itu dimaksudkan agar proses penurunan suku bunga itu tidak sendiri-sendiri. "Ibarat orkestra."

Menurut Fauzi, dalam rapat koordinasi Kamis malam, memang ada beberapa pertimbangan, khususnya mengenai acuan dan target yang berbeda, yang dimiliki lembaga-lembaga tersebut. "Tapi tentunya arah suku bunganya turun," kata Fauzi.

Baca Juga: Analis: Kenaikan Cadangan Devisa Tak Signifikan

Dalam menurunkan NIM, ujar Fauzi, terdapat dua filosofi. Filosofi pertama adalah filosofi kompetisi di mana kompetisi dibiarkan marak sehingga NIM menciut. "Yang satu lagi berdasarkan regulasi. Kelihatannya, tidak akan regulasi. Lebih bagaimana caranya perbankan dikonsolidasikan."

Terkait dengan target single digit yang dipatok OJK di akhir tahun ini, Fauzi optimistis. Namun inflasi juga harus rendah, menyentuh angka lima persen atau di bawah lima persen. "Artinya, BI Rate bisa lebih rendah, dan suku bunga kredit juga bisa lebih rendah lagi," katanya.

Kamis malam, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution melakukan rapat koordinasi mengenai suku bunga perbankan. Dalam rapat itu, hadir Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

Selain itu, hadir direktur PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk. Perwakilan dari Bank Indonesia serta OJK juga datang dalam rapat itu.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

22 jam lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

1 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

5 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

5 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

5 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

5 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

6 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya