Pasar Jenuh Membayangi Harga Minyak Dunia di Asia

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Rabu, 27 Januari 2016 23:01 WIB

Nozle (tuas) bahan bakar minyak jenis PERTALITE ditandai warna putih disebuah SPBU di Yogyakarta, 14 Agustus 2015. Di Yogyakarta baru terdapat tiga SPBU yang menjual bahan bakar Pertalite. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia kembali mengalami penurunan di perdagangan Asia pada Rabu, 27 Januari 2016. Ini karena kekhawatiran yang telah berlangsung lama atas pasar jenuh yang membayangi pembicaraan kemungkinan koordinasi antara beberapa produsen utama untuk memangkas produksi.

Para pedagang juga mengincar rilis laporan persediaan minyak mentah komersial AS hari ini, mencari petunjuk tentang permintaan di ekonomi terbesar dan pengguna minyak utama dunia.

Pada sekitar pukul 06.30 GMT, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret turun 39 sen, atau 1,24 persen, menjadi 31,06 dolar AS per barel.

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk penyerahan Maret turun 17 sen, atau 0,53 persen, pada 31,63 dolar AS per barel.

Harga minyak telah naik sekitar empat persen pada Selasa, 26 Januari 2016 di tengah harapan pembicaraan pengurangan produksi.

Menteri Perminyakan Irak Adel Abdulmahdi pada Selasa, 26 Januari 2016 mengatakan Baghdad "siap untuk bekerja sama" pada pemotongan produksi, tetapi hanya jika produsen non-OPEC melakukannya juga.

Abdulmahdi juga menggambarkan "fleksibilitas" peningkatan pada produksi antara Rusia dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Kantor berita milik negara Rusia, Tass, melaporkan bahwa perusahaan minyak Rusia Lukoil telah meminta Kremlin bekerja sama dengan OPEC untuk membatasi produksi.

Pada Senin, Sekjen OPEC Abdullah el-Badri menyerukan kelompok dan produsen-produsen lain bekerja sama untuk menaikkan harga. OPEC pada Desember menolak seruan untuk memotong produksi, lebih memilih untuk berjuang mempertahankan pangsa pasar.

Harga minyak melonjak akhir pekan lalu dari posisi terendah 12-tahun didorong harapan stimulus ekonomi baru oleh bank sentral Eropa dan Jepang.

Namun, bertahannya kekhawatiran tentang kelebihan pasokan, permintaan yang lemah dan pelambatan ekonomi global kembali ke permukaan.

"Harga bergerak di kisaran sempit ... Anda tidak bisa benar-benar menyesuaikan pasokan untuk mendukung harga pada waktu ini," kata analis Phillip Futures, Daniel Ang.

Dia mengatakan kunci untuk harga "rebound" berkelanjutan adalah permintaan meningkat dan produsen-produsen utama memangkas produksi minyak mereka.

Tetapi, Ang mengatakan ia skeptis produksi akan segera dipangkas.

"Kami telah melihat lebih dari satu setengah tahun terakhir ... ada banyak pembicaraan tentang kerja sama untuk menjaga harga yang kuat, namun tidak satupun dari ini telah berhasil," katanya.

Mata uang AS yang menguat juga telah membantu meredam permintaan untuk minyak yang dihargakan dalam dolar.

Pasar juga menunggu hasil dari pertemuan para pembuat kebijakan bank sentral AS pada Rabu, tentang waktu kenaikan suku bunga AS berikutnya.

ANTARA

Berita terkait

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

7 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

13 hari lalu

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

14 hari lalu

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

15 hari lalu

Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

15 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

8 Januari 2024

Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

5 Januari 2024

Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

21 Juni 2023

Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

7 Juni 2023

Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

6 Juni 2023

Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

Kementerian Arab Saudi menyampaikan akan menurunkan produksi minyak mentah menjadi 9 juta barel per hari pada Juli mendatang.

Baca Selengkapnya