TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan harga minyak dunia menurun tajam setelah relatif stabil selama 3,5 tahun terakhir sekitar US$ 100 per barel.
Ia menilai penurunan itu dipicu kelebihan persediaan minyak dunia pada awal 2014. “Dampak penurunan harga minyak berdampak penurunan belanja investasi diikuti efisiensi,” kata Amien, di kantornya, Selasa, 5 Januari 2016.
Amien menilai dinamika ekonomi di berbagai belahan dunia kian mengakibatkan harga minyak tertekan. Data pada 4 Januari 2016, harga minyak dunia tercatat US$ 37,3 per barel. Penurunan drastis terjadi mulai Juli 2014 dari sekitar US$ 100 per barel menjadi sekitar US$ 40 per barel akhir tahun 2015 kemarin.
Ia berujar, secara global, ada penurunan expense eksplorasi dan produksi sebesar 20,3 persen antara 2014-2015. “Hampir semua perusahaan besar mengalami penurunan investasi diikuti pengurangan biaya,” kata Amien.
Amien mengatakan masih ada kelebihan penawaran (over supply) minyak dunia hingga Juli 2016 mendatang. Setelah itu, ia memprediksi ada posisi penyeimbang harga minyak dari bulan Juli 2016 hingga Januari 2017. Perbaikan harga minyak terjadi diperkirakan hingga Januari 2018. Kemudian harga minyak akan kembali normal pada kisaran US$ 85 per barel pada Januari-Juli 2018 ke depan.
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
8 Januari 2024
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.