BI: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Kurang dari 3,5%

Reporter

Jumat, 1 Januari 2016 10:00 WIB

Bank Indonesia. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) perwakilan Kalimantan Barat, Dwi Suslamanto, menyatakan bahwa pihaknya memprediksikan pertumbuhan perekonomian global pada 2016 masih berisiko lebih rendah dari proyeksi 3,5 persen.

"Melihat dalam dan luasnya kompleksitas permasalahan saat ini, kita memprediksikan perekonomian global tahun 2016 masih berisiko lebih rendah dari proyeksi 3,5 persen," katanya di Pontianak, Kamis (31 Desember 2015).

Dia menjelaskan, sumber risiko perekonomian global karena beberapa faktor, antara lain terus melambatnya ekonomi Tiongkok, terus menurunnya harga komoditas, antisipasi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) dan ancaman keluarnya modal dari negara berkembang.

Selain itu, ia mengemukakan, Indonesia juga akan dihadapkan dengan tantangan perekonomian domestik yang mengakibatkan masih tingginya ketidakpastian global yang dapat mengganggu upaya pemerintah dalam mendorong perekonomian nasional tumbuh lebih cepat.

"Untuk itu, kita perlu mengambil langkah perbaikan di dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor keuangan. Di sektor riil, kita saat ini tengah menghadapi proses de-industrialisasi, pangsa industri pengolahan terhadap PDB terus turun, dari 29 persen pada tahun 2001 menjadi 23,7 persen pada tahun 2014," tuturnya.

Dalam mata rantai pasokan industri dinilainya, pengolahan di dalam negeri menjadi titik terlemah berada di industri hulu.

Selain itu, ia mengemukakan, ketiadaan industri-industri seperti logam dasar, kimia dasar dan pengilangan minyak bumi, yang dapat memasok "industri antara dan hilir" menyebabkan hampir sebagian besar bahan baku harus diimpor.

"Ini menyebabkan industri hilir kita menjadi rentan terhadap depresiasi kurs. Sementara di sektor riil kita juga perlu membenahi komposisi ekspor kita, agar tidak bergantung pada ekspor sumber daya alam mentah bernilai tambah rendah," katanya.

Di sektor keuangan, ia pun menyatakan, perlu segera merumuskan strategi untuk memperluas basis pembiayaan jangka panjang.

"Hal itu perlu dilakukan, agar sumber pembiayaan ekonomi tidak hanya terkonsentrasi pada kredit perbankan, tetapi juga tersebar pada instrument pasar modal, terutama obligasi korporasi dan saham," demikian Dwi Suslamanto.



ANTARA

Berita terkait

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 jam lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

14 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

1 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

1 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya