TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) diminta mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) karena masih tingginya tekanan dari eksternal terhadap perekonomian dalam negeri. “Saat ini yang dibutuhkan memang BI Rate tetap, eksternalnya masih volatile,” kata ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, saat dihubungi Tempo, Selasa, 17 November 2015.
Lana mengatakan terdapat sejumlah faktor eksternal yang perlu diwaspadai. Pertama, 30 November nanti merupakan batas waktu Cina memberikan keputusannya untuk bergabung ke world reserve currency atau mata uang utama dunia. Selanjutnya, pada pertengahan Desember, Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) akan menggelar pertemuan rutin, salah satunya akan membahas keputusan menaikkan atau tidak tingkat suku bunga acuan (The Fed's rate). “Jadi lebih baik tahan dulu, karena BI harus kalkulasi,” katanya.
Bank Indonesia hari ini menggelar rapat dewan gubernur (RDG). Salah satu pembahasan ialah soal kebijakan suku bunga. Saat ini BI rate berada di level 7,5 persen.
Menurut Lana, jika BI Rate diturunkan dengan dalih untuk menggerakkan perekonomian nasional, maka tidak akan cukup dilakukan hanya satu kali. Keputusan tersebut harus dilakukan secara bertahap agar dapat terasa dampaknya. “Waktu zaman Pak Darmin Nasution jadi Gubernur BI itu saja harus menurunkan suku bunga dari 12 persen ke 5 persen buat menggerakkan ekonomi,” ujar Lana.
Ia mengatakan kondisi permintaan kredit saat ini juga cenderung masih dalam tahap wait and see. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian yang masih lambat, begitu juga suku bunga perbankan yang mulai secara perlahan menurunkan suku bunganya.
Jika berkaca pada kondisi normal, menurut Lana, seharusnya BI Rate diturunkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Namun yang paling harus diwaspadai adalah dampaknya terhadap rupiah. “Kalau turun nanti malah double attack buat pertumbuhan ekonomi sama rupiah juga, jadi memang dilematis buat BI,” katanya.
GHOIDA RAHMAH
Berita terkait
BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
2 jam lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Baca SelengkapnyaBNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga
2 jam lalu
PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.
Baca SelengkapnyaBNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024
6 jam lalu
Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
15 jam lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
1 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
1 hari lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
1 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
2 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
3 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.
Baca SelengkapnyaEkonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025
4 hari lalu
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.
Baca Selengkapnya