Pengusaha Dukung Jokowi Gabung TPP

Reporter

Senin, 26 Oktober 2015 23:06 WIB

Presiden Jokowi mengisi buku tamu yang terdapat pada Wisma Dubes KBRI Tilden di Washington. Instagram.com/@Williamwongso

TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan pengusaha mendukung Presiden Joko Widodo agar segera memulai negosiasi untuk bergabung dengan Trans Pasific Partnership (TPP). “Untung ruginya memang harus diperhitungkan secara matang, tapi secara umum kami mendukung,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bidang Hubungan Internasional dan Investasi Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi, Senin 26 Oktober 2015.


Alasan Shinta, adalah banyaknya investor asing yang anngkat kaki dari Indonesia dan pindah ke Vietnam. Investor yang paling banyak angkat kaki, kata Shinta adalah yang bergerak di industri padat karya seperti dan alas kaki. Sebab, barang dari Vietnam akan mendapat bea masuk yang lebih rendah di negara-negara lain sesama anggota TPP. “Mereka sudah 95 persen perdagangan bebas,” ujarnya.


Selain Vietnam, bergabungnya beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Bruneri Darussalam dan Singapura ke TPP juga patut jadi pertimbangan Indonesia. Sebab, negara-negara ini juga memiliki komoditas ekspor yang hampir sama dengan Indonesia. Jika mereka mendapat fasilitas bebas bea masuk di negara anggota TPP, sementara Indonesia tidak, tentu barang mereka bisa dijual lebih murah. “Daya saing kita kalah di sini,” kata Shinta yang juga bos Grup Sintesa ini.


Sementara soal beberapa persyaratan masuk TPP, menurut Shinta masih bisa dirundingkan. Misalnya ketentuan TPP untuk menghapus daftar negatif investasi. Begitu juga untuk menghapus keistimewaan Badan Usaha Milik Negara. Sebab,, meski perjanjian TPP memang sudah disepakati, tapi mamsih ada proses ratifikasi di negara masing-masing. “Jadi saya rasa kita bisa minta waktu sampai kita siap. Pemerintah bisa berhitung dulu,” katanya.


Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengatakan ketertarikan untuk bergabung dengan TPP. Juga bahwa pemerintahnya dengan cepat telah melucuti peraturan perdagangan proteksionis rumit yang tidak disukai pebisnis asing.

"Saya pengusaha," kata Jokowi mengacu pada pekerjaannya sebagai eksportir furnitur sebelum ia memulai karir politiknya sebagai Walikota Solo. "Aku tahu apa yang mereka inginkan. Aku tahu apa yang mereka butuhkan. Saya ingin mengatakan bahwa Indonesia terbuka untuk investasi. Indonesia terbuka bagi investor."


Advertising
Advertising

Selain itu, Menteri perdagangan Indonesia, Thomas Lembong, mengatakan bahwa Indonesia siap untuk bergabung dalam waktu dua tahun. Lembong prihatin Indonesia tertinggal di belakang tetangganya yang telah bergabung dengan kesepakatan itu, termasuk Australia, Brunei, Malaysia, Singapura dan Vietnam.


PINGIT ARIA

Berita terkait

Seputar Jokowi Terima David Hurley di Istana Bogor: Dari Tanam Pohon hingga Jadi Sopir

1 jam lalu

Seputar Jokowi Terima David Hurley di Istana Bogor: Dari Tanam Pohon hingga Jadi Sopir

Jokowi menerima kunjungan kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley di Istana Bogor untuk merayakan 75 tahun hubungan diplomatik kedua negar

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Gubernur Jenderal Australia Bertemu, Bahas Penguatan Hubungan antar Masyarakat

2 jam lalu

Jokowi dan Gubernur Jenderal Australia Bertemu, Bahas Penguatan Hubungan antar Masyarakat

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam keterangan pers usai pertemuan, menjelaskan, Jokowi dan Hurley misalnya mebahas upaya menggiatkan pengajaran bahasa di masing-masing negara.

Baca Selengkapnya

Kronologi Bea Cukai Dituduh Gelapkan 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Kenneth Koh

3 jam lalu

Kronologi Bea Cukai Dituduh Gelapkan 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Kenneth Koh

Pengusaha Malaysia merasa kehilangan 9 mobil mewahnya yang ditahan Bea Cukai di Gudang Soewarna, Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Soekarno-Hatta

Baca Selengkapnya

Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan Diubah Menjadi KRIS, Ketahui 12 Kriteria Layanannya

3 jam lalu

Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan Diubah Menjadi KRIS, Ketahui 12 Kriteria Layanannya

Jokowi ubah sistem kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan menjadi KRIS. Beriku 12 kriteria layanan KRIS dan 4 layanan ini yang tidak berlaku untuk KRIS.

Baca Selengkapnya

Momen Prabowo Kenalkan Gibran ke Presiden UEA dan Direspons He's So Young oleh PM Qatar

3 jam lalu

Momen Prabowo Kenalkan Gibran ke Presiden UEA dan Direspons He's So Young oleh PM Qatar

Prabowo menemui PM Qatar dan Presiden UEA, sekaligus memperkenalkan Gibran. Berikut rekaman momen peristiwanya.

Baca Selengkapnya

Kala Jokowi Menjadi Sopir Gubernur Jenderal Australia Keliling Kebun Raya Bogor

4 jam lalu

Kala Jokowi Menjadi Sopir Gubernur Jenderal Australia Keliling Kebun Raya Bogor

Jokowi menjadi sopir Gubernur Jenderal Australia David Hurley saat mengendarai mobil golf mengelilingi Kebun Raya Bogor

Baca Selengkapnya

Temui Jokowi, Ini Profil Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin

4 jam lalu

Temui Jokowi, Ini Profil Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin

Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin bertemui Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta pada Kamis, 16 Mei 2024. Untuk apa?

Baca Selengkapnya

Jokowi Terima Lawatan Gubernur Jenderal Australia di Istana Bogor

4 jam lalu

Jokowi Terima Lawatan Gubernur Jenderal Australia di Istana Bogor

Presiden Jokowi menyambut kunjungan kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 17 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan yang Bakal Diganti dengan KRIS

5 jam lalu

Perbedaan Sistem Kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan yang Bakal Diganti dengan KRIS

Jokowi resmi mengganti sistem kelas 1, 2, dan 3 BPJS Kesehatan dengan sistem kelas rawat inap standar (KRIS). Apa perbedaannya?

Baca Selengkapnya

Jokowi Sampaikan Ucapan Selamat atas Pelantikan PM Singapura Lawrence Wong

5 jam lalu

Jokowi Sampaikan Ucapan Selamat atas Pelantikan PM Singapura Lawrence Wong

Presiden Jokowi menyatakan Indonesia siap untuk melanjutkan kerja sama baik dengan Singapura.

Baca Selengkapnya