TEMPO.CO, Jakarta - BRI Kantor Wilayah Semarang meningkatkan selektivitas penerima kredit khususnya dari kalangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"Kami tetap harus memilih UMKM mana yang dapat menerima penyaluran kredit, terutama yang tidak langsung terkena pengaruh nilai tukar," kata Wakil Pimpinan Wilayah Bisnis BRI Kanwil Semarang, Hendro Padmono, di Semarang, Rabu, 14 Oktober 2015.
Menurut dia, saat ini pihaknya tengah fokus menggarap pasar yang tidak terlalu sensitif terhadap pengaruh nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Beberapa sektor itu, di antaranya pertanian, nelayan, dan perdagangan. Memang mayoritas pasar kami di sektor-sektor itu," katanya.
Dia mengatakan, untuk sektor perikanan dan pertanian tidak terganggu karena meskipun saat krisis ekonomi, orang akan tetap butuh makan. Selain itu, mereka juga akan tetap menjadikan sandang sebagai kebutuhan sehari-hari.
"Apalagi untuk seragam sekolah, orang akan tetap membeli kebutuhan itu meskipun kondisi ekonomi sedang krisis," kata Padmono.
Menurut dia, jika dilihat dari wilayahnya untuk Jawa Tengah bagian utara kebanyakan ada di sektor perikanan, di antaranya Brebes, Tegal, Pati, dan Rembang. Bahkan, di wilayah-wilayah tersebut lahan pertanian juga cukup luas.
"Dalam hal ini kami menyebarkan portofolio ke daerah-daerah yang kami anggap potensial tersebut," katanya.
Dia mengatakan, sebelumnya BRI tidak seselektif itu saat menyalurkan fasilitas kredit. Meski demikian, untuk arah pasarnya lebih spesifik.
"Kalau dulu arahnya adalah usaha yang kandungan setempatnya lebih sedikit dibandingkan kandungan impor. Kalau sekarang impor dibatasi, sedangkan kondisi dolar yang masih menguat ini berdampak pada ongkos produksi usaha berbahan baku impor menjadi terlalu mahal," kata Padmono.
ANTARA
Berita terkait
Jokowi Puji 'Mama Muda' di Forum Ekonomi: Saya Senang
59 hari lalu
Presiden Joko Widodo memuji perkembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah di tanah air.
Baca SelengkapnyaAmartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
27 Februari 2024
Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.
Baca SelengkapnyaJenis dan Contoh UMKM di Indonesia yang Banyak Diminati
3 Februari 2024
Keberadaan UMKM di Indonesia kian meningkat karena memiliki daya tarik tersendiri. Pahami jenis dan contoh UMKM di Indonesia yang banyak diminati.
Baca SelengkapnyaTerbitkan 7,1 Juta Nomor Induk Berusaha Via OSS, BKPM: Didominasi Usaha Mikro Kecil
31 Desember 2023
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menerbitkan sebanyak 7.146.105 nomor induk berusaha (NIB).
Baca SelengkapnyaLampaui Target, BRI Catat Business Matching Rp 1,26 T Lewat UMKM Expo
10 Desember 2023
BRI mencatat business matching antara UMKM dengan pembeli di luar negeri melalui UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur 2023 mencapai Rp 1,26 triliun.
Baca SelengkapnyaKeberhasilan Kupedes BRI terhadap Pelaku Usaha Mikro di Indonesia
15 November 2023
Terus tumbuh kuat, kinerja kredit segmen mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI tercatat semakin baik pascapandemi.
Baca SelengkapnyaUndang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil
2 Oktober 2023
Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil
Baca SelengkapnyaHari UMKM Nasional, BRI Tegaskan Komitmen Dukung Pembiayaan Mikro
12 Agustus 2023
BRI optimistis segmen mikro dapat berkontribusi sebesar 45 persen dari total portofolio pembiayaan.
Baca SelengkapnyaPemasaran Produk UMKM, Dosen ITB: Media Sosial untuk Menyasar Target Pasar
2 Agustus 2023
Pemasaran UMKM di media sosial membutuhkan kata kunci pesan untuk menyasar target pasar
Baca SelengkapnyaRiset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
14 Juli 2023
Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.
Baca Selengkapnya