Stimulus Fiskal Seperti Permen

Reporter

Editor

Senin, 14 Juli 2003 17:05 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Kebijakan stimulus fiskal dari sektor pajak yang dikeluarkan pemerintah dinilai pengamat ekonomi tidak akan membuat dunia usaha di Indonesia menjadi kompetitif. Langkah ini dinilai terlambat karena diterapkan penetapan kenaikan tarif dasar listrik (TDL), harga bahan bakar minyak (BBM), dan tarif telepon. "Harusnya ini bisa jadi vitamin bagi dunia usaha. Tapi sekarang malah cuma seperti permen," kata pengamat ekonomi CSIS, Pande Radja Silalahi, kepada Tempo News Room, melalui sambungan telepon di Jakarta, Minggu (12/1). Seperti diketahui, akhir pekan lalu pemerintah menunda pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk enam barang strategis, mencabut Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn-BM) untuk 23 jenis komoditas, dan menurunkan tarif PPn-BM untuk delapan komoditas, serta enam kebijakan baru Pajak Penghasilan (PPh). Keseluruhannya mencapai 45 kebijakan yang disebut stimulus dari sektor pajak. Menurut pemerintah, ini bertujuan untuk memulihkan daya beli masyarakat dan mengurangi ekonomi biaya tinggi. Pande menilai, langkah pemerintah ini lebih ditujukan untuk mengurangi bea masuk barang yang selama ini dianggap sebagai komponen biaya produksi, untuk kepentingan ekspor. "Sehingga pengusaha lokal dapat memproduksi lebih murah, yaitu produk-produk yang berorientasi ekspor," tambah dia. Jika dilihat untuk kepentingan jangka pendek, lanjutnya, kebijakan ini akan membuat produk-produk Indonesia lebih kompetitif. Tapi untuk jangka panjang, Pande menilai, tidak akan berpengaruh banyak sebab yang akan lebih berperan adalah kemampuan meningkatkan daya saing. Karena masih banyak komponen-komponen usaha lain untuk persaingan dunia usaha. Menurut Pande, kebijakan yang dikeluarkan itu sudah sangat terlambat. Karena sebelumnya, pemerintah juga menaikkan harga BBM, listik, dan telepon pada awal tahun ini. "Ini seperti pemberian permen, setelah dunia usaha berteriak dan merengek akibat kenaikan tarif," katanya. Ekonom dari Center for Strategic and International Studies ini menyatakan, permintaan keringanan pajak sudah sejak lama diteriakkan pelaku dunia usaha. "Kalau dilakukan dulu, mungkin akan terasa dampaknya. Tapi kalau sekarang cuma pemanis," tegas dia. Dia menghitung-hitung, dengan kenaikan tiga tarif, pemerintah telah menarik beban dunia usaha Indonesia 10 poin ke bawah. Dan dengan pemberlakuan keringan pajak ini hanya mampu menaikkan 3 poin. "Jadi masih ada minusnya 7," tambahnya. Karena itu, Pande mengungkapkan, sulit bagi pemerintah membantu dunia usaha untuk meringankan beban kenaikan tiga jenis tarif tadi. "Tidak ada cara lain. Pemerintah harus menunda kenaikan tarif. Minimal kenaikan tarif telepon," ujar dia. Alasannya, PT Telkom setahun kemarin masih membukukan keuntungan yang sangat besar sedangkan PT Indosat kini telah dikuasai asing. "Masak kita mau memberikan keuntungan ini ke mereka?" tandasnya. (Yura Syahrul TNR)

Berita terkait

Alasan Partai Gelora Tolak PKS Gabung ke Kubu Prabowo-Gibran

1 menit lalu

Alasan Partai Gelora Tolak PKS Gabung ke Kubu Prabowo-Gibran

Partai Gelora menolak Partai Keadilan Sejahtera atau PKS bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Kasus Bullying di Binus School Serpong Dilimpahkan ke Kejaksaan, Pelaku tidak Ditahan

5 menit lalu

Kasus Bullying di Binus School Serpong Dilimpahkan ke Kejaksaan, Pelaku tidak Ditahan

Kasus bullying atau perundungan di sekolah Internasional Binus School Serpong segera memasuki babak baru.

Baca Selengkapnya

Piala Thomas 2024: Fajar / Rian Akui Tak Bisa Bermain dengan Nyaman saat Dikalahkan Wakil Thailand

9 menit lalu

Piala Thomas 2024: Fajar / Rian Akui Tak Bisa Bermain dengan Nyaman saat Dikalahkan Wakil Thailand

Kekalahan Fajar / Rian dari Peeratchai Sukphun / Pakkapon Teeraratsakul membuat skor Indonesia vs Thailand di fase grup Piala Thomas 2024 sementara imbang 1-1.

Baca Selengkapnya

Sinar Mas Land Melalui Digital Hub Gelar DNA VC Startup Connect

10 menit lalu

Sinar Mas Land Melalui Digital Hub Gelar DNA VC Startup Connect

Sinar Mas Land melalui Digital Hub berkomitmen untuk terus mendukung kemajuan ekosistem startup digital potensial di Indonesia melalui gerakan Digital Hub Next Action (DNA).

Baca Selengkapnya

IU Bawakan 27 Lagu Selama 3 Jam Konser di Jakarta, Semangat Fanchant dan Banjir Konfeti

11 menit lalu

IU Bawakan 27 Lagu Selama 3 Jam Konser di Jakarta, Semangat Fanchant dan Banjir Konfeti

IU terpukai dengan UAENA Indonesia yang tidak berhenti bernyanyi bersama selama konser yang berlangsung selama 3 jam.

Baca Selengkapnya

LRT Jabodebek Layani 3,8 Juta Penumpang pada Triwulan I Tahun Ini

14 menit lalu

LRT Jabodebek Layani 3,8 Juta Penumpang pada Triwulan I Tahun Ini

Light Rail Transit atau LRT Jabodebek mencatat jumlah pengguna selama Triwulan pertama 2024 mencapai 3.841.554 orang.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

17 menit lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Gempa Garut, Pertamina Pastikan Operasional tetap Berjalan

19 menit lalu

Gempa Garut, Pertamina Pastikan Operasional tetap Berjalan

PT Pertamina Patra Niaga memastikan operasionalnya masih berjalan aman pascagempa di Garut, Jawa Barat pada Sabtu, 27 April 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas U-23 Indonesia di Semifinal Piala Asia U-23 2024

19 menit lalu

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas U-23 Indonesia di Semifinal Piala Asia U-23 2024

Keberhasilan Uzbekistan mencatatkan statistik apik tak lepas dari peran penting para pemainnya selama Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Ada Pemohon Sengketa Pileg Tak Hadir di MK, Saldi Isra: Berarti Tidak Serius

19 menit lalu

Ada Pemohon Sengketa Pileg Tak Hadir di MK, Saldi Isra: Berarti Tidak Serius

Hakim MK Saldi Isra menegur sejumlah pemohon sengketa pileg yang tidak hadir dalam sidang pada hari ini.

Baca Selengkapnya