Pilih Mana, Hari Baik Nasional atau Hari Kain Tradisional  

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Jumat, 2 Oktober 2015 19:33 WIB

Model membawakan busana berbahan batik karya Didi Budiardjo dalam rangkaian peringatan Hari Batik Nasional 2015 di Museum Tekstil, Jakarta, 2 Oktober 2015. Kegiatan yang selenggarakan oleh Yayasan Batik Nasional itu untuk meningkatkan kepedulian terhadap warisan budaya bangsa. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Batik Indonesia telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Walaupun pada tanggal itu juga ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional, masyarakat disarankan untuk mengenakan batik.

"Dengan adanya Hari Batik Nasional, otomatis berpengaruh pada nama batik sebagai budaya juga naik. Orang yang awalnya malas pakai batik, menjadi mulai melirik batik sebagai busana sehari-hari. Sekarang jadi puncak-puncaknya," kata pengusaha batik, Yordan, saat dihubungi di Jakarta, Jumat, 2 Oktober 2015.

Ia menambahkan saat ini produksi batik merata, tidak hanya terpusat di daerah tertentu yang dikenal sebagai penghasil batik seperti Pekalongan, Solo, dan Yogyakarta. "Sekarang batik pada puncaknya, bisa temui batik di mana-mana. Jadi lebih merata, stabil bukan meningkat pesat , karena yang jualan sudah banyak," tutur Yordan. (Lihat video Ini Tokoh Dunia yang Pernah Mengenakan Batik)

Hal tersebut pun dirasakan oleh salah satu konsumen batik, Christine, yang menilai model pakaian bermotif batik sudah bervariasi. "Sebenarnya tidak terlalu tahu batik, jadi pertimbangannya harga. Model batik yang sudah bermacam-macam juga pengaruh. Kalau dulu pakai batik hanya daster saja, sekarang banyak pilihan," tutur Christine.

Cut Hasfi, pemakain batik, menilai bahwa kelestarian batik tidak perlu diragukan lagi.
"Batik sudah lestari dengan sendirinya. Saat ini sudah mulai fokus untuk mengurusi kain nasional lainnya misal ulos, songket, dan tenun ikat," kata Cut.

Ia menilai batik sudah mudah didapatkan bahkan dengan harga yang cukup terjangkau.
"Sementara itu ulos nasibnya mengenaskan. Sekarang penenun ulos tambah sedikit. Kalau songket untuk Palembang dan Padang masih lebih bagus, tetapi songket Aceh dan Riau mengenaskan juga," ujarnya.

Sebagai pecinta produk tradisional Indonesia, ia berharap agar pemerintah tidak hanya memperhatikan batik tetapi kain nasional lain. "Indonesia itu beragam tidak hanya punya batik. Mungkin lebih baik kalau ada hari kain tradisional Indonesia," katanya.

Sehingga, lanjutnya, kain nasional lainnya diharapkan bisa populer dan semakin bisa dijangkau oleh masyarakat. "Kalau sekarang kain-kain itu mungkin kurang gaya dan bisa dikenakan dengan model terbatas. Produksinya juga terbatas jadi mahal, selain karena lama buatnya juga sedikit yang mengerjakan. Kalau produksi lebih banyak mungkin bisa lebih murah," tutur Cut.

ANTARA

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

6 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

7 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

11 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

35 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

37 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

54 hari lalu

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya