Mantan Wakil Presiden RI Boediono beserta istri turut melayat ke rumah duka duta besar RI untuk Pakistan Burhan Muhammad di Jalan Agus Salim, Notoprajan, Ngampilan, Yogykarta, 20 Mei 2015. TEMPO/Pius Erlangga.
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden kesebelas, Boediono, turut berbelasungkawa atas kepergian Ali Wardhana. Menurut Boediono, otak dan motor perekonomian zaman Orde Baru tersebut merupakan panutannya pada bidang ekonomi.
"Saya banyak utang kepada beliau," ujar Boediono, yang melayat ke kediaman Ali di Patra Kuningan, Jakarta, Senin, 14 September 2015.
Boediono bercerita, meskipun tak berasal dari kampus yang sama, dia sering berhubungan dengan Ali ketika masuk dalam pemerintah. Sejak menjabat menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada masa reformasi (1998-1999), Boediono sering mendapat nasihat dari Ali ihwal kebijakan perekonomian negara.
Nasihat dari Ali itu, menurut Boediono, terus diterimanya ketika dia menjabat Menteri Keuangan era Presiden Megawati Soekarnoputri. Pun ketika menjadi Menteri Koordinator Perekonomian, Gubernur Bank Indonesia, hingga menjadi Wakil Presiden, sosok Ali terus menjadi panutan baginya untuk mengambil kebijakan.
Boediono kagum dengan kepiawaian Ali yang bisa menjaga pertumbuhan perekonomian negara di atas 7 persen selama 30 tahun. Tak terkecuali dengan berhasilnya Ali mengurangi lonjakan inflasi sebesar 650 persen menjadi hanya 10 persen pada masa transisi Orde Lama ke Orde Baru pada 1968.
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
8 hari lalu
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.