Penguatan Dolar, Ekspor Tuna Bali Melonjak Jadi US$64,3 Juta

Reporter

Jumat, 11 September 2015 00:58 WIB

ANTARA/Fiqman Sunandar

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai ekspor ikan tuna dari Bali pada periode Januari-Juli melonjak hingga 47,5% menjadi US$64,3juta dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar $43,6 juta, kendati volume ekspor masih melambat.



Menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah diperkirakan menjadi penopang kenaikan komoditas andalan Bali itu.‎ Pasalnya, volume ekspor ikan tuna dari Bali hanya meningkat 5% menjadi 10.688,51 ton, dari periode sebelumnya 10.134,67 ton‎.



Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bali I Wayan Gunaja mengungkapkan transaksi penjualan ikan tuna menggunakan mata uang dolar AS sehingga dampaknya sangat terasa ketika terjadi penguatan.


Advertising
Advertising


"Ini beruntung sekali pengusaha dengan menguatnya dolar AS meskipun sebelumnya produksi mereka sempat tertekan dengan keluarnya aturan dari pusat," jelasnya, Kamis (10 September 2015).



‎Tuna dari Bali banyak diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat. ‎



Adapun jenis yang banyak diekspor adalah tuna steak beku mencapai 3.781,9 ton, kemudian tuna segar 2.932,6 ton, dan albakore tuna 1.203 ton, serta sisanya jenis tuna beku, tuna loin beku, tuna meat hingga tuna fillet.‎



Gunaja menyampaikan kenaikan dolar AS juga ikut meningkatkan nilai ekspor komoditas perikanan dari Pulau Dewata.



Total nilai ekspor komoditas perikanan di Bali selama tujuh bulan mencapai US$98,5 juta, naik 15% dari periode sama tahun lalu US$86,1 juta.



Adapun sejumlah komoditas selain tuna yang mengalami kenaikan nilai ekspor seperti Swordfish, kerapu, kakap, hingga tenggiri.



Jenis komoditas perikanan yang menjadi andalan ekspor daerah ini adalah tuna, skipjack, marlin, swordfish, oilfish, ikan kaleng, kerapu, kakap, kepiting, cumi-cumi, dan tenggiri.



Namun, volume produksi komoditas perikanan selama tujuh bulan mengalami penurunan 5% menjadi‎ 21.694 ton, dari sebelumnya 22.796 ton.



Sementara komoditas yang nilai ekspornya merosot adalah ikan kalengan sebesar 38%, menjadi US$8,4 juta dari sebelumnya US$13,49 juta.



Menurutnya, penurunan terjadi dampak penguatan dolar AS menekan produksi pengusaha diakibatkan bahan baku komoditas itu sebagian besar diimpor dari India. ‎



Dia menyatakan sudah sejak lama pengusaha ikan kaleng mengalami masalah dengan produksi untuk bahan baku.

Sebelumnya, Sekjen Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Dwi Agus Siswa Putra mengakui penguatan kurs dolar AS memberikan dampak positif.



Sebab, lanjutnya, negara importir siap menampung berapapun produksi yang dihasilkan pengusaha yang tergabung dalam ATLI.



Kondisi itu terjadi karena tuna Indonesia dihargai sangat tinggi, diakibatkan minimnya pasokan dunia paska kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti‎.



Dia menegaskan produksi ikan anggota ATLI masih tinggi karena mendapatkan pasokan dari nelayan.



BISNIS.COM

Berita terkait

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

3 hari lalu

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa sektor perikanan kurang mendapat dukungan investasi dari perbankan. Menurut dia, penyebabnya karena perbankan menghindari resiko merugi dari kegiatan investasi di sektor perikanan itu.

Baca Selengkapnya

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

3 hari lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

14 hari lalu

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mendesak pemerintah untuk mengusut dugaan kejahatan perikanan di laut Arafura.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

25 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

44 hari lalu

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

Sri Mulyani masih yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bisa mencapai 5,2 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

44 hari lalu

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

KKP menargetkan inflasi komoditas perikanan tahun 2023 sebesar 3+1 persen.

Baca Selengkapnya

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

44 hari lalu

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

Anggaran untuk mendukung perempuan dan disabilitas yang ada dalam sektor perikanan nasional.

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

45 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

45 hari lalu

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Edi Damansyah, membuat program Dedikasi Kukar Idaman untuk para nelayan dan pembudidaya ikan di Kecamatan Anggana.

Baca Selengkapnya

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

58 hari lalu

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

Isu soal pertanian dan subsidi perikanan belum disetujui dalam KTM13 WTO di Abu Dhabi lalu. Meski demikian, sudah disetujui sekitar 80 member WTO.

Baca Selengkapnya