Begini Saran Indef untuk Atasi Krisis

Reporter

Rabu, 2 September 2015 16:38 WIB

Ilustrasi kurs rupiah dan mata uang Indonesia. Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan semua pemangku kebijakan harus mempunyai sense of crisis dalam jangka pendek karena kondisi sudah kritis menjelang krisis. Sense of crisis tersebut dapat tertuang dalam kebijakan yang bersifat emergency rescue.

"Kami menginginkan rencana pemerintah untuk mengeluarkan paket kebijakan stimulus segera. Dalam koridor tidak hanya cepat tapi tepat," katanya, saat jumpa pers di kantor Indef, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu, 2 September 2015.

Baca: Heboh Tren Remaja Seksi, Cuma Berbaju Kantong Plastik Tipis!

Menurut Enny, paket kebijakan tersebut harus terpadu dan menumbuhkan ekonomi domestik karena pasar internasional sedang mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi domestik dapat dilakukan dengan mengembalikan daya beli masyarakat dan menggerakkan pertumbuhan sektor rill. "Sektor rill, jangan sampai mengalami pelemahan untuk mencegah pemutusan hubungan kerja."

Di tengah perlambatan ekonomi, perkembangan indikator ekonomi hingga akhir Agustus menunjukkan beberapa catatan. Yakni, nilai tukar terus mengalami pelemahan, mulai terjadi aliran modal keluar (capital flight) dan meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mencapai 0,91 persen month to month atau 9,26 persen year on year.

Simak: Heboh, Ada Telur dengan Cangkang Membentuk Huruf 'Allah'

Perekonomian global mengalami perlambatan dan semua negara menghadapi tekanan harga komoditas. Meski perkembangan ekonomi Indonesia belum mencapai krisis, Enny mengatakan, situasi sudah dalam posisi kritis. Jika pemerintah menganggap ekonomi tak ada masalah dan tak ada respons kebijakan yang cepat dan tepat, maka risiko kembali terjebak pada krisis ekonomi seperti 1998 bukan suatu yang mustahil.

"Cukup sekali saja krisis 1998, jangan sampai ada lagi," kata Enny. Untuk itu, paket stimulus yang akan diluncurkan pemerintah harus terintegrasi dan terpadu baik dari sisi moneter, fiskal, dan riil. Paket tersebut, harus dapat mencakup empat hal. Yakni, pemulihan daya beli masyarakat, efektivitas stimulus fiskal, stabilisasi sektor moneter, dan mendorong bergeraknya sektor riil.

Baca Juga:Siapa Mahasiswa UNS yang Lulus dengan IPK 4

ALI HIDAYAT

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

8 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

39 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

40 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

40 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

41 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

41 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

53 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

55 hari lalu

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

55 hari lalu

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok,

Baca Selengkapnya