Menteri: Investasi Asing Dibutuhkan untuk Dorong Ekspor

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Rabu, 19 Agustus 2015 22:01 WIB

Mata Rahmat Gobel berkaca-kaca saat mendengarkan Thomas Lembong memberi sambutan dalam acara Serah Terima Jabatan Menteri Perdagangan di gedung Kementrian Perdagangan, Jakarta, 12 Agustus 2015. Thomas Lembong menggantikan Rahmat Gobel sebagai Menteri Perdagangan setelah reshuflle kabinet dilakukan oleh Jokowi. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta - Kinerja ekspor Indonesia yang terus mengalami penurunan mencapai 19,23 persen jika dibandingkan dengan tahun 2014 perlu ditingkatkan dengan masuknya investasi asing yang mampu mendorong industri berbasis ekspor.

"Untuk membantu industri berbasis ekspor, kita butuh investasi asing. Tentunya, akan membutuhkan koodinasi dari BKPM, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan," kata Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, 19 Agustus 2015.

Thomas mengatakan, dirinya telah melakukan pembicaraan dengan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal terkait dengan investasi di sektor apa saja yang bisa mendukung industri berbasis ekspor.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sektor industri yang bisa dikembangkan karena dianggap memiliki permintaan dunia masih tinggi antara lain adalah industri otomotif, elektronik, produk kayu, tekstil dan produk tekstil, produk logam dan produk kimia.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa kinerja ekspor Indonesia pada Juli 2015 tercatat sebesar 11,41 miliar dolar Amerika Serikat atau mengalami penurunan sebesar 19,23 persen jika dibandingkan dengan Juli 2014 lalu yang sebesar 14,12 miliar dolar AS.

Secara kumulatif, untuk ekspor pada periode Januari-Juli 2015 mencapai 89,76 miliar dolar AS, atau mengalami penurunan sebesar 12,81 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2014 lalu yakni sebesar 102,9 miliar dolar AS.

Pria yang kerap disapa Tom tersebut mengatakan, jika dilihat dari neraca perdagangan Indonesia selama periode Januari-Juli 2015, memang masih mengantongi surplus sebesar 5,7 miliar dolar Amerika Serikat. Namun, surplus tersebut tertolong akibat adanya penurunan impor bukan peningkatan ekspor.

"Jika saya lihat neraca dagang pada tujuh bulan terakhir, sejauh ini memang lebih tertolong dari turunnya impor, bukan dari kinerja ekspor. Tentunya itu hasil dari kondisi global, dimana negara tujuan ekspor kita masih loyo," katanya.

Penurunan ekspor terjadi juga untuk tujuan Tiongkok yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua, dimana pada periode Januari-Juli 2014 lalu tercatat ekspor ke Negeri Tirai Bambu tersebut mencapai 10,16 miliar dolar AS, sementara pada periode yang sama di tahun 2015 mengalami kemerosotan sebesar 23,69 persen atau hanya menjadi 7,76 miliar dolar AS.

"Untuk hubungan dagang bilateral dengan Tiongkok, kita harus mempelajari apa saja permintaan mereka. Memang struktur perekonomian Tiongkok berubah drastis dalam waktu yang sangat cepat. Sayangnya, dalam lima tahun ini kita tidak siap," ujar Tom.

Sementara kinerja impor pada Juli 2015 tercatat sebesar 10,08 miliar dolar Amerika Serikat yang juga mengalami penurunan sebesar 28,44 persen jika dibandingkan pada Juli 2014 lalu dimana impor sebesar 14,08 miliar dolar AS.

"Untuk impor, lebih tertekan lagi daripada ekspor. Jika dibilang menggembirakan mungkin kurang tepat, tetapi, dari sisi makro sesuatu yang baik. Penurunan impor terjadi pada semua golongan barang, termasuk barang konsumsi, bahan baku penolong dan barang modal," tambah Tom.

Pada Juli 2015, neraca perdagangan Indonesia mampu mengantongi surplus sebesar 1,33 miliar dolar Amerika Serikat yang merupakan surplus tertinggi sejak 19 bulan terakhir atau sejak Januari 2014 lalu. Surplus tersebut dipicu oleh surplus neraca nonmigas sebesar 2,20 miliar dolar AS, kendati sektor migas masih menyumbang defisit sebesar 870 juta dolar AS.

Secara kumulatif, neraca perdagangan untuk periode Januari-Juli 2015 telah mengantongi surplus sebesar 5,73 miliar dolar AS.

Meskipun neraca perdagangan mengantongi surplus, ekspor Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar mancapai 12,81 persen dimana tercatat pada Januari-Juli 2015 ekspor sebesar 89,76 miliar dolar AS, sementara pada periode yang sama tahun 2014 lalu mencapai 102,9 miliar dolar AS.

ANTARA

Berita terkait

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

6 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

7 hari lalu

Indonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral

Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.

Baca Selengkapnya

Ekspor Impor Oktober Melemah, Konflik Geopolitik dan Perlambatan Ekonomi Jadi Penyebab

16 November 2023

Ekspor Impor Oktober Melemah, Konflik Geopolitik dan Perlambatan Ekonomi Jadi Penyebab

Fajar Hirawan mengatakan kinerja perdagangan ekspor dan impor yang menurun atau terkontraksi pada Oktober 2023 terjadi akibat fenomena global.

Baca Selengkapnya

Terkini: Konser Coldplay di Jakarta Beberapa Jam Lagi, Hungaria Investasi Rp 4,7 Triliun untuk Proyek Tol Nirsentuh di Indonesia

15 November 2023

Terkini: Konser Coldplay di Jakarta Beberapa Jam Lagi, Hungaria Investasi Rp 4,7 Triliun untuk Proyek Tol Nirsentuh di Indonesia

Coldplay akan menyelenggarakan konser perdananya pada hari ini. Kehebohan warganet menjelang hari H terlihat di media massa sejak beberapa hari lalu.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Bantu Produk Kopi dan Perikanan UMKM Masuki Pasar Internasional

15 November 2023

Bea Cukai Bantu Produk Kopi dan Perikanan UMKM Masuki Pasar Internasional

Dua unit vertikal Bea Cukai, yakni Bea Cukai Jayapura dan Bea Cukai Labuan Bajo bantu pelaku UMKM realisasikan ekspor produk unggulannya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Bentuk Satgas Peningkatan Ekspor Nasional, Berikut Isi Tim Pengarahnya

26 September 2023

Jokowi Bentuk Satgas Peningkatan Ekspor Nasional, Berikut Isi Tim Pengarahnya

Jokowi melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2023 membentuk Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional.

Baca Selengkapnya

Nilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?

11 Januari 2023

Nilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?

Nilai ekspor Indonesia pada 2022 tumbuh 29,4 persen dengan nilai US$ 268 miliar atau sekitar Rp 4.144 triliun. Beberapa komoditas seperti besi baja, bahan bakar fosil, dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berkontribusi dalam peningkatan tersebut.

Baca Selengkapnya

Kinerja Ekspor Mulai Tunjukkan Pelemahan, Sri Mulyani: Kita Harus Waspadai

20 Desember 2022

Kinerja Ekspor Mulai Tunjukkan Pelemahan, Sri Mulyani: Kita Harus Waspadai

Sri Mulyani mengatakan sepanjang Januari sampai November pertumbuhan ekspor Indonesia ada di 28,2 persen.

Baca Selengkapnya

Ekspor RI per September Turun 10,99 Persen, BPS Jelaskan Rinciannya

17 Oktober 2022

Ekspor RI per September Turun 10,99 Persen, BPS Jelaskan Rinciannya

BPS mencatat ekspor Indonesia pada September 2022 sebesar US$ 24,8 miliar.

Baca Selengkapnya

Bulan Mei Ekspor Pertanian Tumbuh 20,32 Persen

15 Juni 2022

Bulan Mei Ekspor Pertanian Tumbuh 20,32 Persen

Secara akumulatif Januari hingga Mei 2022, ekspor pertanian juga mengalami peningkatan.

Baca Selengkapnya