Mortar, Produk Efisien yang Belum Mampu Tumbuh Signifikan

Reporter

Kamis, 21 Mei 2015 21:08 WIB

Pekerja menaruh batu bata yang sudah jadi di pabrik tradisional pembuatan batu bata di Arab Mesad, Kairo, Mesir, 14 Mei 2015. Sekitar 45 buruh bekerja di pabrik ini selama 10 jam perharinya yang diberikan upah sebesar 9 dollar atau sekitar Rp. 119.000. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

TEMPO.CO, Jakarta - Industri mortar atau semen pracampur siap pakai dinilai belum bisa tumbuh secara signifikan dengan masih banyaknya pengguna bata merah dan semen konvensional.

Vice President of Sales Holcim Indonesia Juhans Suryantan mengatakan pertumbuhannya tahun ini diharapkan berkisar 3%-5%.

“Konsumsi mortar beriringan dengan konsumsi bata ringan. Biasanya digunakan di kota besar yang sudah menggunakan bata ringan. Kalau di daerah yang masih menggunakan bata merah, tidak bisa hidup,” ujarnya usai konferensi pers peluncuran produk mortar Holcim, Kamis (21/5).

Dia menjelaskan kebutuhan mortar tahun lalu masih berkisar 1,5 juta ton, dengan nilai pertumbuhan 3%.

Meski demikian, dia optimistis bahwa mortar merupakan produk masa depan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dia mengatakan akan ada masanya tren konsumsi tersebut bisa berubah.

“Akan ada satu titik kita akan switch. Di Thailand juga 10 tahun pertama pertumbuhan mortarnya lambat. Kemudian berubah cepat. Indonesia juga sepertinya akan sama,” ujar Juhans.

Dia menambahkan, edukasi pasar perlu dilakukan agar masyarakat paham efisiensi serta dampak lingkungan yang timbul dari menggunakan bahan bangunan tertentu.

BISNIS.COM

Berita terkait

Pulau Pari Terancam Tenggelam, Warga Tuntut PT Holcim ke Pengadilan Swiss

21 September 2022

Pulau Pari Terancam Tenggelam, Warga Tuntut PT Holcim ke Pengadilan Swiss

Warga Pulau Pari menggugat PT Holcim ke Pengadilan Swiss karena diduga berkontribusi terhadap perubahan iklim yang mengancam pulau tersebut

Baca Selengkapnya

Pasokan Berlebih, Penjualan Semen Holcim Turun 10 Persen  

1 Agustus 2017

Pasokan Berlebih, Penjualan Semen Holcim Turun 10 Persen  

Pada semester pertama 2017, penjualan semen Holcim merosot hingga Rp 4,28 triliun.

Baca Selengkapnya

Strategi Holcim Indonesia Antisipasi Kelebihan Pasokan Semen  

12 Agustus 2016

Strategi Holcim Indonesia Antisipasi Kelebihan Pasokan Semen  

Meski kelebihan pasokan, Holcim Indonesia tetap mengoptimalkan produksi.

Baca Selengkapnya

39 Tahun Melantai di Bursa, Holcim Buka Perdagangan  

12 Agustus 2016

39 Tahun Melantai di Bursa, Holcim Buka Perdagangan  

Hari ini, PT Holcim Indonesia Tbk mendapat kesempatan mengisi podium di Bursa Efek Indonesia untuk membuka sesi perdagangan.

Baca Selengkapnya

Holcim Indonesia Angkat 5 Direktur Baru  

26 Februari 2016

Holcim Indonesia Angkat 5 Direktur Baru  

Setelah merger dengan Lafarge, Holcim tetap mempertahankan merek-merek lamanya.

Baca Selengkapnya

Pasar Semen Lesu, Holcim Tekor Rp 123 Miliar  

18 September 2015

Pasar Semen Lesu, Holcim Tekor Rp 123 Miliar  

Kerugian diderita PT Holcim Indonesia Tbk akibat lonjakan biaya produksi semen, depresiasi mata uang rupiah, dan kenaikan upah buruh.

Baca Selengkapnya

Madan Lal Narula Mundur, Kuntoro Komisaris Independen Holcim  

20 Mei 2015

Madan Lal Narula Mundur, Kuntoro Komisaris Independen Holcim  

RUPS juga menyetujui pengunduran diri Madan Lal Narula yang sebelumnya menjabat sebagai komisaris sejak 2008.

Baca Selengkapnya

Warga Blitar Tuntut Ganti Rugi Tanah  

22 April 2015

Warga Blitar Tuntut Ganti Rugi Tanah  

Warga tetap bertahan dan turut mengelola karena meyakini
tanah tersebut milik negara.

Baca Selengkapnya

Holcim Bantah Korbankan Lahan Petani di Blitar

20 April 2015

Holcim Bantah Korbankan Lahan Petani di Blitar

PT Holcim Indonesia Tbk menganggap proses tukar guling atau ruislag kawasan hutan milik PT Perhutani di Tuban, dengan lahan di Blitar sesuai prosedur.

Baca Selengkapnya

Semester I 2014, Holcim Untung Rp 4,93 Triliun  

5 Agustus 2014

Semester I 2014, Holcim Untung Rp 4,93 Triliun  

Peningkatan pendapatan didorong oleh tiga persen kenaikan
volume penjualan di pasar domestik dan peningkatan harga jual.

Baca Selengkapnya