Ekonom: Waspadai Peningkatan Utang Luar Negeri

Kamis, 21 Agustus 2014 05:33 WIB

Koalisi Anti Utang melakukan aksi unjuk rasa di Bundaran HI, Jakarta, Kamis, (13/08). Dalam aksi tersebut mereka menuntut pemerintah menghapus hutang luar negeri serta merubah kebijakan ekonomi. Foto: TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO , Jakarta: Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, menilai peningkatan jumlah utang luar negeri Indonesia perlu segera diwaspadai. Ia menyebutkan peningkatan utang luar negeri bulan Juni yang secara total terhitung naik 0,2 persen dibandingkan utang Mei memang tampak tidak terlalu tinggi. "Tapi utang luar negeri swasta ini yang mengkhawatirkan karena menunjukkan peningkatan sebesar 0,8 persen," kata Lana ketika dihubungi, Rabu 20 Agustus 2014.

Menurut Lana, kenaikan utang luar negeri itu tidak sebanding dengan peningkatan cadangan devisa pemerintah. "Secara total, utang luar negeri jangka pendek ke cadangan devisa berkisar 46,5 persen atau setara US$ 51 miliar," kata Lana. Menurut dia, angka ini mengkhawatirkan, karena perbandingan aman antara utang jangka pendek ke cadangan devisa seharusnya berada di bawah 35 persen. (baca: BI Khawatir Rasio Pembayaran Utang Terus Naik)

Lana mengatakan, total kenaikan utang sebesar 0,2 persen memang terhitung masih aman, apalagi pemerintah melakukan pembayaran utang. Namun pengetatan penyakuran kredit di dalam negeri akhirnya membuat nilai utang luar negeri swasta membengkak. "Kenaikan utang swasta jelas berkaitan dengan kredit yang di rem pemerintah," kata dia. (Baca:Utang Luar Negeri Swasta Melonjak, Apa Sebabnya? )

Selain itu tingginya bunga dalam negeri akibat kenaikan suku bunga Bank Indonesia turut menyebabkan perusahaan swasta mencari pinjaman di luar negeri. "Mereka bisa dapat biaya bunga murah, dikisaran 3 - 4 persen," kata Lana.

Menurut Lana, bahkan dengan kemungkinan melakukan hedging, biaya yang perlu dikeluarkan perusahaan swasta berkisar 7-8 persen. Total biaya bunga dan hedging di kisaran 11 persen membuat swasta lebih memilih mengajukan utang ke luar negeri ketimbang di dalam negeri yang bunganya lebih tinggi dan sulit. "Secara year on year, peningkatan utang luar negeri mencapai 10 persen," kata dia. (baca:Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 3.300 Triliun)

MAYA NAWANGWULAN



Terpopuler:
Jokowi: PAN dan Demokrat Mulai Merapat
Prediksi Mantan Hakim MK soal Gugatan Prabowo
Bisakah PTUN Menangkan Prabowo-Hatta?
Dokumen Kesimpulan Prabowo Tebalnya 5.000 Lembar
Jokowi Ingin Makan Krupuk, Pengawal Melarang

Berita terkait

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

22 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

2 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

7 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

8 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

9 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

13 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

14 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

14 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

29 hari lalu

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.

Baca Selengkapnya

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

40 hari lalu

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

Museum Layang-Layang Indonesia memperingati 21 tahun eksistensinya mengabadikan kebudayaan layangan di Indonesia.

Baca Selengkapnya