Defisit Non-Migas per April Tertinggi Sejak 2012  

Selasa, 3 Juni 2014 10:10 WIB

Seorang pengunjung melintas di depan poster gambar Pelabuhan Indonesia dalam acara Indonesia International Infrastructure and Exhibition, Jakarta Convention Centre, Rabu (13/11). Kinerja ekspor Indonesia pada 2013 diperkirakan belum dapat pulih sepenuhnya setelah mengalami defisit neraca perdagangan beberapa kali sepanjang 2012 sedangkan perkembangan impor barang ke Indonesia diperkirakan akan tetap meningkat. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Data neraca perdagangan per April 2014 mencatat defisit sebesar US$ 1,96 juta. Angka itu terutama disumbang oleh defisit perdagangan non-migas sebesar US$ 901,5 juta dan sisanya berasal dari defisit perdagangan migas sebesar US$ 1,06 juta.

"Dari posisi tersebut, yang perlu dicatat adalah posisi komoditi non-migas yang mengalami defisit terbesar sejak terjadi defisit pada tahun 2012, yakni mencapai US$ 901,5 juta," kata Direktur Penerimaan dan Peraturan Kebapeanan dan Cukai,Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan, Susiwijono Moegiarso, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 3 Juni 2014.

Menurut Susiwijono, sebenarnya pada 2013 juga terjadi defisit non-migas, yakni pada April, sebesar US$ 520 juta. Namun tekanan perdagangan non-migas pada April 2014 ini masih jauh lebih besar. (Baca: Impor Ponsel Picu Defisit Neraca Perdagangan)

Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik, Sasmito Hadi, mengatakan ekspor non-migas pada April memang mengalami tekanan yang cukup dalam. Minyak kelapa sawit (CPO), misalnya, mengalami tekanan turun sebesar 45,02 persen. "Padahal ekspor non-migas kita itu masih bersandar pada CPO dan mineral," kata Sasmito, Senin lalu. (Baca: Kuartal I, Ekspor Turun 2,63 Persen)

Menurut dia, turunnya ekspor CPO dari Indonesia merupakan akibat kondisi pasar dunia yang sedang tidak baik. Tingginya permintaan dari Cina dan India membuat harga internasional merosot ke posisi US$ 911 per ton dari sebelumnya US$ 961 per ton pada Maret 2014. "Sebenarnya secara volume tidak turun, tapi pasar luar negeri juga masih ngos-ngosan, makanya ekspor CPO ikut turun tajam," ujarnya.

Ekspor CPO dalam kelompok lemak dan minyak nabati mengalami penurunan hingga 45,02 persen pada April 2014 dibanding Maret 2014. Pada April, ekspor CPO US$ 1,1 miliar, sedangkan pada Maret 2014, ekspor produk kelapa sawit ini bisa mencapai US$ 2,03 miliar.

AYU PRIMA SANDI

Berita terpopuler:
Mari Pangestu Usulkan Visa Gratis ke Negara Muslim
Survei BPS: Orang Indonesia Ternyata Cukup Bahagia
Thailand Kompetitor Utama Indonesia Hadapi 2015

Berita terkait

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

13 jam lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

Wamendag ke Mesir Bahas Perjanjian Dagang Bilateral di Tengah Kondisi Ekonomi Global yang Tidak Stabil

15 jam lalu

Wamendag ke Mesir Bahas Perjanjian Dagang Bilateral di Tengah Kondisi Ekonomi Global yang Tidak Stabil

Pemerintah Indonesia terbuka terhadap pemanfaatan transaksi imbal dagang business-to-business (b-to-b).

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

16 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

1 hari lalu

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

Menko Airlangga menegaskan Indonesia tengah melakukan deregulasi yang menekankan mekanisme lebih mudah untuk pendaftaran produk susu dan turunannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

1 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

4 hari lalu

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

OIKN bakal mengembangkan sistem transportasi cerdas di IKN.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

5 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

5 hari lalu

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini naik Rp 7.000 ke level Rp 1.326.000 per gram.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Hari Ini Ajek di Level Rp 1.319.000 per Gram

6 hari lalu

Harga Emas Antam Hari Ini Ajek di Level Rp 1.319.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini sama dengan perdagangan hari kemarin, yakni Rp 1.319.000 per gram.

Baca Selengkapnya