Pengamat: Pengetatan Moneter Harus Ditinjau  

Reporter

Minggu, 11 Mei 2014 06:33 WIB

TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menurunkan target pertumbuhan ekonomi dari kisaran 5,7-6 persen menjadi 5,5 persen pada tahun ini. Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan salah satu penyebab anjloknya pertumbuhan ekonomi tersebut adalah melambatnya pertumbuhan kredit karena kebijakan moneter ketat.

"Jika pemerintah menyebut perlambatan ekonomi karena ekspor merosot, saya kira ini lebih disebabkan adanya perlambatan kredit," kata Lana saat dihubungi Tempo, Sabtu, 10 Mei 2014. (Baca: Mengapa BI Pertahankan Kebijakan Moneter Ketat?)

Menurut Lana, perlambatan kredit cukup berperan besar dalam merosotnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama yang hanya mencapai 5,21 persen. Dia meminta pemerintah mulai mempertimbangkan kebijakan moneter ketat pada semester dua untuk kembali menggenjot pertumbuhan.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan moneter ketat dengan tidak menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) dari posisi 7,5 persen. Menurut BI, kebijakan itu masih konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5 plus-minus 1 persen pada 2014 dan 4 plus-minus 1 persen pada 2015. Selain itu, kebijakan tersebut juga untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.

"Tapi tentu harus melihat terlebih dulu kondisi defisit neraca transaksi berjalan. Jika setelah triwulan II membaik, saya kira sudah bisa dilakukan pelonggaran," katanya.

Lana mengaku optimistis target defisit transaksi berjalan sepanjang tahun ini bisa di bawah 2,5 persen. "Sebetulnya sudah membaik. Mudah-mudahan bisa di bawah 2,5 persen."

Berdasarkan laporan BI, defisit transaksi berjalan kuartal pertama 2014 sudah mulai memperlihatkan perbaikan, yaitu turun dari US$ 4,3 miliar (2,12 persen terhadap Produk Domestik Bruto) pada kuartal IV 2013 menjadi US$4,2 miliar (2,06 persen) pada kuartal I 2014. Perbaikan bersumber dari berkurangnya impor. Selain itu, defisit transaksi jasa dan pendapatan juga turun. (Baca: Inflasi Rendah, BI Tak Kendurkan Kebijakan Moneter)

ANGGA SUKMA WIJAYA

Berita Terpopuler:

Ini Dia Klub Baru Ryan Giggs
9 Jam Bersaksi Kasus Century, Boediono: Saya Lega
Sampar Hitam Membuat Manusia Kuat
Begini Gaya Kontroversial Olga Syahputra

Berita terkait

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

9 jam lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

13 jam lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

3 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

4 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

7 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

7 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

8 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

8 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

8 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

13 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya