Reaksi pialang saham saat mengamati harga minyak mentah yang menurun di Bursa Saham New York, Jumat (11/12). Harga minyak light sweet untuk kontrak Januari turun 13 sen (0,2 persen) pada Kamis sore waktu setempat (Jumat WIB). AP Photo/Richard Drew
TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah dunia turun pada penutupan perdagangan di New York Merchantile Exchange, Senin, 7 April 2014, waktu setempat. Hal ini terjadi akibat peningkatan pasokan dari Libya, setelah dua dari empat terminal minyak yang sebelumnya ditutup oleh pemberontak kembali akan dibuka.
Kabar yang dilansir Xinhua menyebutkan bahwa harga minyak jenis light sweet crude untuk pengiriman Mei turun 70 sen menjadi US$ 100,44 per barel. Harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Mei juga merosot 90 sen ke posisi US$ 105,28 per barel. (Baca: HargaMinyak Indonesia Naik US$ 0,82 per Barel ).
Pemberontak di Libya dilaporkan telah menyerahkan kekuasaan atas dua terminal minyak kepada pemerintah. Perjanjian tersebut diteken antara kedua pihak pada Ahad waktu setempat, menyusul rencana pembukaan dua terminal minyak lainnya dalam dua hingga empat pekan ke depan. (Baca juga: Ekspor Cina Merosot, HargaMinyakDunia Melorot).
Penutupan terminal ini sempat membuat produksi minyak Libya merosot lebih dari 1 juta barel per hari pada 2013. Penurunan produksi ini berdampak langsung terhadap pergerakan harga minyak Brent. Kini pelaku pasar berharap beberapa ratus barel minyak dari Libya bisa segera mengalir ke bursa internasional.
Dalam sebuah laporan, perusahaan riset JBC Energy mengatakan ekspor minyak mentah dari Libya bisa meningkat 200 ribu barel per hari dalam beberapa hari ke depan, untuk selanjutnya menjadi 550 ribu barel per hari pada awal Mei. (Baca: Ukraina Tegang, HargaMinyak Mentah Merosot).
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
8 Januari 2024
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.