Gaet Investor, Indonesia Seperti Gadis Cantik Lagi  

Reporter

Editor

Abdul Malik

Sabtu, 22 Februari 2014 11:51 WIB

TEMPO/Ramdani

TEMPO.CO, Bandung - Bank Indonesia menyebut Indonesia kembali menarik bagi para investor. "Indonesia sudah menjadi gadis cantik kembali," Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Juda Agung, dalam pelatihan wartawan bertema "Penguatan Tugas Bank Indonesia di Bidang Moneter Pasca Otoritas Jasa Keuangan (OJK)", di Bandung, Sabtu, 22 Februari 2014.

Ia menjelaskan, tahun 2013 menjadi tahun penuh tantangan perekonomian bagi Indonesia. Juda menyebut terjadi banyak perubahan, dari segi global dan domestik, termasuk meningkatnya defisit neraca pembayaran (current account deficit/CAD). Inflasi pun meningkat pasca larangan impor hortikultura dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Nilai tukar rupiah sempat tertekan setelah kebijakan pengurangan stimulus (tapering off) di Amerika Serikat. Kondisi itu mengakibatkan stabilitas ekonomi makro terganggu. (Baca juga : BI Waspadai Moneter dan Inflasi Tahun ini)

Juda mengungkapkan, Bank Indonesia pun melakukan berbagai kebijakan. Pertama, pengetatan moneter dan makroprudensial melalui loan to value (LTV). Kedua, penyesuaian nilai tukar rupiah sesuai fundamental. Ia menuturkan, saat current account melemah, rupiah harus disesuaikan.

"Apabila current account deficit melebar dan nilai tukar melemah, maka impor akan berkurang sehingga ekspor terdorong," kata Juda. Ketiga, ia melanjutkan, Bank Indonesia bersama pemerintah menjalankan reformasi struktural. Ia menyebut Bank Indonesia melakukan pendalaman pasar pada 2013, termasuk memperkenalkan transaksi swap. (Lihat juga : G20 Akan Pasang Target Pertumbuhan Ambisius)

Menurut Juda, implementasi kebijakan-kebijakan ini sudah membuahkan hasil. Ia menuturkan, investasi dan konsumsi berhasil ditekan secara perlahan sehingga impor tidak berlebihan. Ia menjelaskan, data triwulan keempat 2013 menunjukkan investasi dan konsumsi termoderasi, tapi tidak anjlok. (Berita lain : RI tak lagi Masuk Fragile Five, Apa Sebabnya?)

"Kondisi eksternal membaik, ekspor meningkat dan impor melambat pada Desember 2013," ucap Juda. Ia mengatakan, current account membaik pada 2013. Ia mengungkapkan, defisit transaksi berjalan tercatat 1,9 persen atau di bawah perkiraan sebesar 2,4 persen.

MARIA YUNIAR


Terpopuler :
Bandara Kertajati Terganjal Pembangunan Terminal
Trik Jokowi Menggaet Foxconn
Indosat Klaim Sudah Antisipasi Penyadapan
Indosat Yakin Ancaman Tifatul Tak Terbukti
Konflik Perebutan Air Baku Akan Semakin Terbuka

Berita terkait

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

3 jam lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

3 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

4 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

6 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

7 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

7 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

7 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

8 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

10 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

13 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya